Soal Krisis Air Bersih di Pantura, Bupati Tegal Disebut Belum Ada Solusi
Krisis air bersih di wilayah Pantura Kabupaten Tegal hingga kini belum ada solusi dari bupati. Meski sudah berlangsung puluhan tahun, pemerintah hanya mendroping air bersih ke wilayah yang mengalami kekeringan.
Wakil Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Tegal Khaeru Soleh SH MH, Selasa (6/10) mengatakan, droping air bersih di wilayah Kecamatan Warureja, Suradadi dan Kramat itu bukan memecahkan masalah. Padahal soal krisis air bersih sudah berlangsung lama. Seharusnya pemerintah mempunyai solusi bukan droping air bersih setiap tahun.
"Selama ini kerjanya tidak terarah dan terukur. Harusnya soal krisis air bersih sudah ada solusi agar tidak droping air bersih setiap tahunnya," katanya.
Kekeringan di wilayah pantura, tambah Khaeru Soleh SH MH, selama musim kemarau belum juga ada solusinya. Sudah banyak kajian dan wacana untuk mengatasi persoalan tersebut. Namun, hingga kini tidak ada realisasinya. Pemkab hanya mengantisipasi dengan memberikan droping air bersih. Tidak cuma kekeringan air bersih, tapi juga kekurangan air pertanian. Hampir semua areal persawahan tadah hujan. Wacana paling realistis untuk menjalin kerja sama dengan Kabupaten Pemalang, belum juga terealisasi.
"Padahal, hal itu bisa dilakukan jika pemimpin daerah mau serius untuk menjalin komunikasi," tambahnya.
Selama dalam lingkup Indonesia, lanjut Khaeru Soleh, masih bisa direalisasikan.
"Kenapa wacana sudah lama sekali tidak bisa direalisasikan. Apa kendalanya? Pemkab Tegal harus aktif. Jika kendala soal anggaran, bisa koordinasi dengan pemerintahan provinsi atau pusat. Asalkan, bupati benar-benar serius untuk mengatasi kekeringan di wilayah pantura," terangnya.
Bahkan, bupati bisa memasukkan rencana mengatasi kekeringan dalam RPJMD. Hal itu dinilai lebih terarah dan terukur, sehingga tidak hanya sebatas wacana tetapi bisa direalisasikan. Jika hal itu tidak bisa dilakukan, maka bisa mencarikan solusi dengan mengubah air laut menjadi air layak konsumsi. Pemkab juga bisa mengolah air sungai dijadikan air layak konsumsi.
Untuk wilayah pantura, bisa mengambil air dari Sungai Rambut yang berada di wilayah Warureja. Sungai tersebut dibuat bendungan, sehingga saat musim kemarau masih bisa dimanfaatkan untuk air minum dan air pertanian.
"Banyak solusi tinggal keseriusan bupati untuk merealisasikan," ucapnya. (guh/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: