Undang Veteran Naik ke Atas Podium, Ganjar Bikin Kaget Peserta Upacara 17-an
Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan di lingkungan Provinsi Jawa Tengah digelar dengan sederhana. Peserta upacara tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya yang biasanya digelar meriah di Lapangan Pancasila, Simpanglima, Semarang.
Tahun ini upacara hanya diikuti sebagian dari ASN Pemprov Jateng, perwakilan dari TNI-Polri, dan pelajar.
Kehadiran para pejuang veteran kemerdekaan dalam upacara HUT RI biasanya hanya sebagai tamu undangan. Namun, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo membuat kejutan dengan mengundang veteran naik podium inspektur upacara.
Awalnya upacara HUT RI ke-75 di halaman Kantor Gubernur Jateng, Senin (17/8) berjalan seperti biasa. Ganjar sebagai inspektur upacara membacakan amanat tentang sosok Mbah Padmo Darsono, warga Dusun Girpasang, Klaten.
Di akhir pembacaan amanat, Ganjar menengok ke belakang, ke arah tamu undangan.
“Di ulang tahun ini rasanya sangat jarang kita mendengar apa kata veteran, apa yang dirasakan beliau. Dalam kesempatan yang baik ini saya mengundang senior kita, veteran kita untuk naik ke podium ini, saya persilakan,” kata Ganjar.
Sejumlah pejabat dan peserta upacara nampak terkejut dengan permintaan Ganjar. Oleh sebab permintaan itu tidak ada dalam tata urutan upacara yang telah disusun.
Salah satu veteran kemudian berdiri dan berjalan ke arah Ganjar. Satu petugas upacara nampak menggandeng veteran itu yang diketahui bernama M. Amin Munadjat, ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jateng.
Sesampainya Munadjat di atas podium, dia dipersilakan memberi pesan-pesan kemerdekaan.
Tidak langsung memberi pesan, Munadjat justru mengomentari cerita Ganjar tentang Mbah Padmo.
"Kami sungguh mengapresiasi apa yang sudah Pak Gubernur lakukan terhadap masyarakat Jawa Tengah. Di tengah gemerlapnya Semarang, Bapak tidak lupa jauh di ujung sana, di puncak bukit, ada masyarakat kita yang sangat sederhana. Itu patut kita apresiasi," kata Munadjat.
Dalam pesan-pesannya, Munadjat menyatakan keprihatinan melihat melemahnya persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hankam, dan agama menjadi bahan yang diperdebatkan secara berlebihan bahkan keluar dari konteksnya.
Menurutnya, perbedaan pandangan itu tak seharusnya menjadi perpecahan.
”Kita harus bersama, bersatu untuk mengatasi Covid-19 yang dampaknya sampai ke seluruh aspek kehidupan. Kita bangsa bhinneka dan kita harus menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya pedoman oleh setiap warga bangsa," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: