Minus 5 Persen

Minus 5 Persen

Ternyata Covid-19 lebih panjang menyiksa negara mana saja. Amerika akan tetap sulit –sulitnya orang kaya raya. Singapura tetap sulit –sulitnya Singapura.

Triwulan 2 lalu pertumbuhan ekonomi Amerika minus lebih dari 30 persen. Padahal stimulus sudah digelontorkan habis-habisan. Sampai membuat dolar Amerika terus mengalami kemerosotan dibanding banyak mata uang dunia lainnya.

Tentu kita tidak bisa merasa masih beruntung. Hanya minus 5,3 persen. Singapura memang minus 42 persen tapi itu tidak membuat Singapura sulit. Singapura sudah terlalu kaya untuk dianggap sulit. Demikian juga Amerika. Sedang kita minus 5,3 persen sangatlah sulit karena posisi awal kita yang masih miskin. Padahal sudah jelas bahwa kesulitan ekonomi tidak hanya terjadi tahun ini. Tahun depan juga masih lebih sulit.

Tahun 2021 adalah habisnya masa berlaku banyak fasilitas keuangan. Pinjaman kembali harus dicicil. Yang macet-macet harus diputuskan bentuk penyelesaiannya. Tahun depan adalah kesulitan yang sebenarnya.

Pun kalau Covid-19 sudah selesai di akhir tahun ini. Apalagi kalau Covid-19 masih bersambung ke tahun depan. Dengan atau tanpa Covid-19 berarti belum ada harapan perbaikan di tahun 2021. Sedang tahun 2022 sudah masuk ke siklus politik lima tahunan berikutnya. Maka sisa enam bulan tahun 2020 adalah pertaruhan untuk lahirnya terobosan-terobosan. Di semua bidang.

Bisakah kita bicara terobosan baru? Kalau selama ini kita sulit menemukan terobosan lama?

Terobosan baru sering terbentur soal politik. Yakni politik jatah. Di segala bidang.

Padahal, sekarang ini, bicara politik begitu tidak relevannya. Apalagi kalau masih ada partai yang menuntut jatah porsi kekuasaan.

Untuk apa kekuasaan? Begitu tidak relevannya memegang kekuasaan sekarang ini. Apalagi kalau tidak memiliki kreativitas yang bisa menerobos kebuntuan. Sampai tiga tahun ke depan kekuasaan hanyalah drum minyak yang kehilangan minyaknya.

Jelaslah bahwa pertanian, peternakan, dan perikanan adalah modal yang masih bisa kita andalkan. Tapi adakah kekuasaan bisa dipakai untuk merombak struktur dan anggaran negara demi tiga andalan kita itu?

Katakanlah jawabannya: tidak bisa. Maka kian tidak relevan lagi kekuasaan itu di mata zaman dan di mata rakyatnya. (*)

Sumber: