Gara-gara Corona, 68 Juta Siswa Sekolah Harus Rela Belajar Online
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat, sebanyak 68 juta peserta didik mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia turut terdampak pandemi Covid-19.
Direktur Jenderal PAUD dan Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri mengatakan bahwa dari total 68 juta peserta didik yang terdampak pandemi Covid-19, dengan terpaksa harus melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari rumah.
"Secara global terdapat 1,25 miliar peserta didik di dunia yang terdampak, sekitar 5,44 persennya berada di Indonesia," kata Jumeri di Jakarta, Rabu (5/8).
Jumeri menyebutkan, bahwa dari jumlah total peserta didik yang terdampak tersebut, sebanyak 10 persennya atau 6,87 juta merupakan peserta didik PAUD yang hingga kini masih terus belajar dari rumah.
"Kemendikbud juga mencatat, sebanyak 13 juta orang menjadi pendidik di rumah selama pandemi. Karena selama belajar dari rumah ini 75 persen tanggung jawabnya orang tua dan 25 persen tanggung jawab guru PAUD," ujarnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kemendikbud, sebanyak 10 ribu guru PAUD di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi ditemukan bahwa metode belajar dari rumah sekitar 35 persen lebih merupakan penugasan orang tua.
"Kemudian terdapat pula 542 guru PAUD yang bekerja dari rumah serta sebanyak 203 ribu guru menerapkan kebijakan belajar dari rumah," terangnya.
Selain itu, lanjut Jumeri, hasil survei tersebut juga menemukan sebanyak 19,90 persen metode pembelajaran didapatkan dari TVRI sebagai televisi nasional. Pendidikan anak usia dini penting untuk diperhatikan dengan baik.
"Sebab, pada periode tersebut orang tua dan guru memiliki kesempatan mengoptimalkan tumbuh kembang anak," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan, bahwa dunia menghadapi 'bencana generasi' akibat penutupan sekolah di tengah pandemi virus corona.
"Kembali membawa siswa bersekolah secara aman harus menjadi prioritas utama," ujarnya.
Guterres menyebutkan, bahwa pada pertengahan Juli terjadi penutupan sekolah di 160 negara sehingga berdampak pada lebih dari 1 miliar siswa. Selain itu, sedikitnya 40 juta anak ketinggalan sekolah pendidikan dini.
"Ini terjadi di atas lebih dari 250 juta anak yang telah keluar sekolah sebelum pandemi dan hanya seperempat dari siswa sekolah menengah di negara berkembang lulus dengan keterampilan dasar," katanya.
"Kini kita menghadapi bencana generasi yang dapat menyebabkan potensi manusia jadi sia-sia, mengacaukan kemajuan puluhan tahun dan mempertajam ketidaksetaraan yang mengakar," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: