Konsumsi Listrik Turun Tapi kok Tarifnya Membengkak

Konsumsi Listrik Turun Tapi kok Tarifnya Membengkak

Konsumsi listrik nasional pada Juni 2020 turun 7,06 persen dibandingkan Januari 2020. Penurunan terjadi akibat pandemi Covid-19.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, penurunan konsumsi listrik terjadi pada golongan industri yang mencapai 19,21 persen. Diikuti pelanggan bisnis yang turun 18,68 persen, sosial 16,95 persen, dan pemerintah 3,35 persen.

"Sebaliknya, untuk pelanggan rumah naik 7,47 persen," kata dia dalam video daring, kemarin (30/7).

Penurunan pada sektor industri, bisnis, sosial, dan pemerintah, karena golongan pelanggan ini mengurangi kegiatan usahanya. Saat itu, pemerintah belum melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Para pekerja masih melakukan aktivitasnya di rumah atau From Work Home (FHM).

Dia merinci, terdapat delapan wilayah yang konsumsi listriknya mengalami penurunan lebih dari 5 persen. Yakni, Sumatera Barat turun 7,12 persen, Sulawesi Selatan 7,68 persen, Bali 32,87 persen, Jawa Timur 6,33 persen, Jawa Tengah 6,28 persen, Jawa Barat 10,57 persen, Banten 12,82 persen, DKI Jakarta dan Tangerang 5,62 persen.

Kendati begitu, Kementerian ESDM mencatat, bahwa sepanjang enam bulan pertama tahun ini, konsumsi listrik masih tumbuh 5,46 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Namun, secara wilayah terdapat satu sistem yang negatif, yakni konsumsi di Bali yang minus 17,79 persen.

Konsumsi listrik akan terus menurun apabila pandemi Covid-19 masih terus berlanjut hingga akhir tahun. Dia memprediksi permintaan listrik berpotensi minus 6,25 persen pada 2020.

Kondisi ini akan berpengaruh pada kinerja PLN. Pada kuartal I/2020 Rp135,41 triliun, turun tipis menjadi Rp133,45 triliun.

Perusahaan listrik pelat merah itu sebelumnya mencatat konsumsi listrik pada Mei 2020 turun 10,73 persen. Pada April atau bulan sebelumnya, konsumsi listrik juga turun 4,08 persen.

Padahal, pelanggan listrik pada teriak karena tagihan membengkak, pihak PLN sendiri mengatakan hal itu, karena pemakaian yang meningkat selama PSBB diberlakukan.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril meyakini tingkat konsumsi listrik akan meningkat lagi. Ini karena pelonggaran PSBB menuju tatanan hidup baru atau new normal.

"Saat ini kondisi new normal yang sudah memberikan sedikit banyak ruang untuk ekonomi lebih bergerak, tentu menjadi angin segar bagi penjualan listrik di sektor industri dan bisnis PLN," ujar Bob. (din/zul/fin)

Sumber: