Perang Konsulat
Kepala polisi itu, Wang Lijun, dianggap hopingan dengan Bo Xilai yang terkenal itu. Bo Xilai adalah Gubernur Chongqing. Ia tokoh muda yang diramal bisa menjadi salah satu presiden Tiongkok.
Bo Xilai ditangkap. Tuduhannya: korupsi besar-besaran di Chongqing. Berkomplot pula dengan kepala polisi Wang Lijun. Sulit dibongkar. Setiap penyelidikan selalu mental.
Maka ketika Bo Xilai akhirnya ditangkap hebohnya ke seluruh dunia. Orang kuat itu tumbang.
Bo Xilai dijatuhi hukuman mati. Demikian juga istrinya. Belakangan hukuman itu menjadi seumur hidup. Wang Lijun lari ke konsulat Amerika di Chengdu. Tapi 30 jam kemudian menyerahkan diri ke polisi. Wang dijatuhi hukuman seumur hidup. Kini kasus Bo Xilai tidak terdengar lagi.
Belakangan, Amerika juga sudah kurang memperhatikan Tibet lagi. Amerika seperti lelah membela Tibet. Apalagi Tiongkok memang dengan nyata membangun dan memakmurkan Tibet. Salah satunya dengan membangun rel kereta cepat ke Lhasa. Yang semula bisa dianggap mustahil.
Rel itu mempertaruhkan banyak hal: secara ekonomi sangat tidak ekonomis. Secara teknologi luar biasa sulitnya: harus melewati wilayah dengan ketinggian di atas 3.000 meter. Itu berarti sangat tipis oksigennya. Juga harus menggunakan konstruksi amat khusus: rel itu harus digelar di atas gunung es. Yang secara teknis pondasi tanah di bawahnya sangat rapuh.
Maka seandainya Tiongkok menutup konsulat Chengdu Amerika mungkin tidak lagi merasa terlalu kehilangan. Bahkan bisa dianggap justru menghemat anggaran. Hanya aktivis pro-demokrasi di Tibet yang akan menyesalkannya.
Tiongkok punya lima konsulat di Amerika. Demikian juga Amerika: punya lima konsulat di Tiongkok. Bagi Tiongkok lima konsulatnya itu penting semua: New York, Houston, San Francisco, Los Angeles dan Chicago.
Begitu banyak warga Tionghoa di sekitarnya. Bahkan, kalau diizinkan, Tiongkok perlu 15 konsulat lagi di sana. Kan belum ada di Seattle, San Diego, Boston, pun mungkin di Alberqueque....
Tapi apa pentingnya Amerika punya konsulat di Shenyang? Juga di Wuhan?
Konsulat di Shenyang, ibu kota provinsi Liaoning, mungkin penting. Dulu. Untuk memata-matai Korea Utara.
Jarak Shenyang ke kota kecil Dandong hanya 2 jam dengan mobil. Saya sering melewati jalur ini. Kota kecil Dandong penting karena berbagi sungai dengan Korea Utara. Dulu ada jembatan mobil dan kereta api dari Dandong ke kota di seberang sungai. Jembatan itu kini tinggal separo. Pihak Korut membongkar jembatannya sampai di tengah sungai. Itu tahun 1940-an.
Belakangan dibangun lagi jembatan baru yang besar dan modern. Di bagian lain wilayah ini.
Presiden Donald Trump sendiri sudah tiga kali bertemu langsung Kim Jong-Un. Peran konsulat Amerika di Shenyang sudah kalah dengan gencarnya postingan Trump di Twitter-nya.
Mungkin Amerika sengaja akan mengurangi konsulatnya. Barangkali hanya yang di Shanghai dan Guangzhou yang masih akan dipertahankan. Jangankan konsulat, Trump juga menutup kantor perwakilan kesehatan Amerika di Beijing. Padahal kantor itu sangat penting. Agar Amerika dengan cepat bisa tahu ada penyakit apa saja yang lagi berkembang di Tiongkok. Yang bisa dicegah untuk tidak terjadi di Amerika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: