Asia Pasifik Dihantui Kelangkaan Air atau Water Stress sampai 2040, Termasuk Indonesia

Asia Pasifik Dihantui Kelangkaan Air atau Water Stress sampai 2040, Termasuk Indonesia

"Itu harus dimanfaatkan, disinergikan untuk mengelola. Karena mengelola sumber daya tidak bisa lagi misalnya terpisah-pisah, tapi terintegrasi," katanya.

Sementara sebelumnya, Kepala Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional, Happy Mulya mengatakan di Indonesia, Pulau Jawa merupakan pulau yang ketahanan airnya sangat rendah. Dengan mayoritas penduduk terbesar, Pulau Jawa indeks ketahanan airnya hanya 1.210 m3/kapita/tahun.

"Hasil dari neraca air nasional sudah merah(kritis), jumlah penduduk Pulau Jawa sekarang 135 juta ," katanya.

Dikatakannya, salah satu penyebab ketahanan air di Jawa rendah, karena masifnya alih fungi lahan. Sebab, dahulu kondisi hutan dan tutupan lahan di Pulau Jawa masih cukup bagus, namun seiring waktu berubah menjadi pemukiman, industri, dan lainnya sehingga mempengaruhi daya dukung lingkungan.

"Jadi itu yang membuat kritis," imbuh Happy.

Selain Jawa, beberapa provinsi yang masuk kategori kritis ketahanan airnya, yakni Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Barat bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara.

Dia mengatakan langkah tepat untuk meningkatkan ketahanan air adalah tutupan lahan dan reboisasi hutan.

"Kalau ada pohon atau hutan banyak menyimpan air di situ. Dengan kondisi sekarang hutan telah berkurang, ini yang menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kita," ujarnya.

Reboisasi terhadap kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) harus menjadi prioritas. Dalam hal ini tentu saja peran serta Kementerian/Lembaga, dan dukungan pemerintah daerah, dan masyarakat.

"Karena air untuk anak cucu dan kita, akan sangat susah kalau kita tidak bisa kendalikan kerusakan hutan, karhutla dan lain-lain," ucapnya. (gw/zul/fin)

Sumber: