PLN Ngutang Rp500 Triliun, Diduga Ada Praktik Membegal Pelan-pelan BUMN
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) harus menanggung utang negara hingga mencapai Rp500 triliun. Perusahaan listrik pelat merah itu terjerat utang, akibat proyek 35 ribu megawatt listrik.
Direktur Indonesia Future Studies (INFUS) Gde Siriana Yusuf menduga ada pihak-pihak yang memanfaatkan megaproyek kelistrikan ini. Akibat, proyek ini menambah panjang daftar utang yang harus dibayar Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Dengan PLN utang Rp500 triliun dalam 5 tahun, akal sehat saya mensinyalir adanya praktik membegal pelan-pelan BUMN melalui mekanisme 'markup proyek-pembiayaan utang'," ujar Gde Siriana kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (1/7) kemarin.
"Begal hanya bisa terjadi ketika ada proyek. Proyek jalan jika ada utang. Setiap tahun begal terjadi linier dengan utang bertambah," sambungnya.
Begal yang dimaksud Gde Siriana ialah tindakan menodong agar PLN bisa menanggung beban utang besar akibat keinginan pemerintah menjalankan megaproyek 35 Megawatt ini.
"Ini bukti bahwa BUMN menanggung beban utang besar dan collaps akibat dipaksakan bangun infrastruktur dengan hutang. Padahal proyeknya sendiri sangat mungkin sudah di markup. Sudah inefisien plus bengkaknya bunga pinjaman," ungkapnya.
Gde Siriana berharap kepada Presiden Joko Widodo agar dapat menjelaskan terkait permasalahan ini. Ketimbang sekadar marah-marah saat berpidato dalam rapat kabinet 18 Juni lalu.
"Saya respect kepada Jokowi jika dia live di semua TV nasional marah-marah kenapa utang PLN naik Rp 500 triliun selama dia jadi presiden," ucapnya.
"Karena mau dikemanakan akal sehat kita, utang Rp 500 triliun dalam 5 tahun, tanpa kita merasakan benefitnya," demikian Gde Siriana Yusuf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: