Kalau AS-China Tegang Lagi Jelang 3 September, Siap-siap! Indonesia Bakal Ikut Terseret

Kalau AS-China Tegang Lagi Jelang 3 September, Siap-siap! Indonesia Bakal Ikut Terseret

Beberapa bulan ke depan, tepatnya 3 September mendatang, Amerika Serikat (AS) bakal menggelar pemilihan presiden ke-59. Nah, bisa dipastikan kondisi politik di dalam negeri Negara Paman Sam itu akan meningkat tensinya. 

Bisa jadi pula, pilpres akan meningkatkan suhu geopolitik global antara AS dan China. Tensi yang diprediksi akan memanas kembali itupun, diyakini ikut menyeret Indonesia yang diberi label sebagai pihak yang tidak netral.

Isu mengenai Presiden Donald Trump yang kembali maju melawan penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah menyeruak ke seantero dunia. Termasuk, wacana mengenai strategi-strategi yang akan dimainkannya.

Hal ini diikuti oleh ekonom senior Indonesia, Dr Rizal Ramli, dan disampaikan dalam sebuah diskusi virtual yang digelar Political and Public Policy Studies (P3S) bersama PEWARNA Indonesia, dengan tema "Bedah President Election AS", Sabtu (27/6) kemarin.

Sosok yang kerab disapa RR ini melihat kompetisi Pilpres AS tahun ini akan sangat keras, karena isu-isu atau wacana-wacana yang dimainkan lebih beragam.

Dicontohkan RR, baru-baru ini muncul isu melawan rasisme yang belum pernah terjadi dalam sejarah Negeri Paman Sam selama 60 tahun terakhir. Di mana, ada demonstrasi antirasisme besar-besaran yang menurut RR jauh lebih besar dari perang Vietnam.

"Dan tentu itu punya dampak yang luas," tekannya.

Bahkan yang mengejutkan, sejak sebelum corona menghantui banyak negara, para penasihat Trump sudah memberikan masukan kepada sosok presiden kontroversial ini tentang strategi pemenangan pemilu 2020. Yaitu dengan menghajar China.

Karena menurut RR, orang-orang AS, utamanya yang tinggal di pedalaman atau pedesaan, khususnya di bagian selatan negara ini, senang dengan sosok presiden yang bergaya koboi alias senang bertengkar.

Mantan Menteri Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid ini memberikan contoh ketika George W Bush berniat duduk kembali sebagai presiden untuk kedua kalinya.

"Waktu Presiden Bush Junior ada masalah macem-macem, ya hajar aja salah satu negara untuk dibom, seperti Irak dan sebagainya. Akhirnya berbalik peta politiknya (unggul dalam pemilu dan menang lagi)," ungkapnya.

Lanjut RR, strategi atau cara yang digunakan Trump untuk kembali menang tidak kalah mengerikan. Yaitu dengan menumbangkan penguasaan China terhadap negara-negara di Asia.

Pasalnya, baru pertama kali dalam sejarah Geopolitik Asia-Pacifik, di tahun 2020 ini Trump seolah bersiap perang melawan China dengan mengirimkan 3 kapal induknya ke Laut China Selatan.

Sikap politik AS inilah yang kemudian akan menyeret Indonesia dalam pertarungan politik global AS dalam kurun waktu dekat ini.

Sumber: