Jawa Tengah Butuh 16.458 Dokter, Sekda Minta Asosiasi Lakukan Ini

Jawa Tengah Butuh 16.458 Dokter, Sekda Minta Asosiasi Lakukan Ini

MUSWIL- Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah Sumarno saat menghadiri acara Musyawarah Wilayah Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Regional Wilayah IV di Hotel Santika Premiere Semarang, Jumat, 19 September 2025. -ISTIMEWA-Radartegal.disway.id

Radartegal.com- Jawa Tengah masih membutuhkan 16.458 orang dokter yang perlu ditempatkan di semua kabupaten/kota.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah Sumarno mengungkap hal itu saat menghadiri acara  Musyawarah Wilayah Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Regional Wilayah IV di Hotel Santika Premiere Semarang, Jumat, 19 September 2025.  

"Khusus di Jawa Tengah, saat ini memiliki 11.405 dokter. Sedangkan jumlah idealnya setidaknya 27.863 dokter," kata  Sumarno. 

Diakuinya, kebutuhan dokter di Jawa Tengah hingga kini masih tinggi. Karena  sesuai standar World Health Organization (WHO), 1 orang dokter mengakomodasi 1.000 penduduk. 

BACA JUGA: Mitos atau Fakta, Rutin Minum Obat Hipertensi Bikin Ginjal Rusak? Ini Kata Dokter

BACA JUGA: Buntut Dokter PPDS Unpad Gunakan Obat Bius saat Pelecehan, BPOM Sidak Instalasi Farmasi RSHS

Namun di Indonesia, perbandingan jumlah dokter umum maupun spesialis masih kurang dibandingkan persebaran penduduk. 

Karena itu, Sumarno meminta asosiasi memiliki program atau edukasi kepada publik supaya banyak pelajar yang berminat melanjutkan pendidikan di universitas jurusan kedokteran. 

Dia bilang, lulusan dokter umum maupun spesialis dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia jumlahnya masih belum mencukupi. Untuk itu peran AIPKI dibutuhkan untuk memperbanyak lulusan baru kedokteran untuk menekan gap yang ada.

Menurutnya, stigma atau persepsi publik mahalnya biaya masuk fakultas kedokteran di universitas harus dihilangkan. Dengan begitu, membuka peluang lebih lebar kepada setiap anak-anak bangsa untuk berani melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan kedokteran.

"Barangkali secara akademik di sekolah SMA mungkin sebetulnya mereka punya potensi untuk masuk di kedokteran. Akan tetapi begitu bicara masalah biaya itu pasti enggak akan berani," katanya.

Mengenai hal ini, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidilan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Khairul Munadi mengatakan, tantangan untuk dunia kesehatan di Indonesia selain jumlah dokter yang kurang, ada juga tantangan distribusi.

Menurut dia, butuh kerja sama semua pihak, baik pemerintah pusat hingga daerah, serta dari kalangan perguruan tinggi, dan lainnya untuk mengatasi tantangan tersebut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: