Sejarah dan Cerita Wayang Kulit Kurang Dipahami Masyarakat, Ketua DPRD Jateng: Perlu Sinopsis

Sejarah dan Cerita Wayang Kulit Kurang Dipahami Masyarakat, Ketua DPRD Jateng: Perlu Sinopsis

WAYANG- Ketua DPRD Jateng Sumanto saat Bincang Santai Wayang Kulit di kediamannya, Desa Suruh. Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, belum lama ini. -ISTIMEWA-Radartegal.disway.id

KGPHA Benowo mengungkapkan, kesenian wayang sudah ada sejak lama, bahkan diperkirakan sejak abad ke-1 saat Kerajaan Jenggala di Jawa Timur berdiri. Jejaknya pun ditemukan pada zaman Kerajaan Kediri sekitar tahun 1023 Masehi.

“Referensi ini saya dapatkan dari buku catatan sejarah di Museum Radya Pustaka dan Museum Keraton Kasunanan Surakarta,” jelas KGPHA Benowo.

Setelah itu, wayang terus berkembang pada era Majapahit, dan mencapai puncaknya di Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan oleh Raden Patah menjelang akhir abad ke-15. 

BACA JUGA: Ketua DPRD Jateng Sumanto Dorong Kuliner Khas Mangut Beong Dipromosikan Lebih Masif

BACA JUGA: Ketua DPRD Jateng Sumanto Dukung Pengembangan Balai Benih Ikan Ngrajek di Magelang

Pada masa itu, wayang bukan hanya hiburan. Karakter dan pementasannya mengandung petuah luhur tentang budi pekerti.

Selain itu, wayang juga menjadi media efektif untuk menyampaikan kebijakan penting dari pemerintah kepada masyarakat. Menurutnya, cara yang dilakukan Ketua DPRD Jateng Sumanto menjadikan wayang kulit sebagai sarana sosialisasi program pemerintah sudah tepat.

“Saya selaku Koordinator Salang se-Solo Raya sangat mendukung program ini,” kata KGPHA Benowo.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, karakter wayang adalah cerminan sifat baik dan buruk manusia. Di panggung, karakter baik selalu berada di barisan kanan, sedangkan yang buruk di barisan kiri layar.

BACA JUGA: Ajak Masyarakat Beternak Ayam, Ketua DPRD Jateng Sumanto: Tingkatkan Perekonomian

BACA JUGA: Ketua DPRD Jateng Sumanto Dorong Media Jadi Garda Terdepan Tangkal Hoaks

“Pertunjukan wayang ini adalah pertemuan dua karakter, antara baik dan buruk. Dan dalam setiap pementasannya, karakter baik selalu menang melawan karakter yang buruk,” ujarnya.

Pagelaran wayang kulit malam itu mementaskan Lakon Babad Wanamarta yang dibawakan dalang remaja Raras Purwoko Jenar, Ki Ari Murtopo, dan Ki Isna Indra Saputra.

KGPHA Benowo menjelaskan, Babad Wanamarta berkisah tentang perjuangan Pandawa mendirikan negara Amarta. 

Setelah Prabu Pandu Dewanata meninggal, Pandawa seharusnya mewarisi Kerajaan Astina. Namun, karena intrik Duryudana dan Patih Sengkuni dari Kurawa, mereka hanya diberi hadiah hutan Wanamarta.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait