Fenomena Bediding, Pulau Jawa Diselimuti Hawa Dingin, Ini Penyebabnya
PEGUNUNGAN - Fenomena hawa dingin yang terjadi di Pulau Jawa saat ini merupakan dampak dari pergerakan angin Monsun Australia yang membawa udara dingin dan kering dari selatan.-pixabay.com/Kanenori -radartegal.com-
radartegal.com - Pulau Jawa tengah mengalami suhu dingin yang menusuk tulang sejak awal Juli 2025. Fenomena tahunan ini, yang dikenal masyarakat sebagai “bediding”, diprediksi akan berlangsung hingga Agustus. Apa sebenarnya penyebab utamanya?
Menurut penjelasan para ahli meteorologi, penyebab utama dari hawa dingin yang menyelimuti wilayah Jawa dan sekitarnya bukanlah fenomena astronomi seperti Aphelion.
Yakni saat Bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari melainkan berasal dari pergerakan angin musiman yang disebut Monsun Australia.
Berikut Radartegal.com telah merangkum penyebab fenomena bediding ini yang menyebabkan hawa dingin di pulau Jawa yang kami kutip dari berbagai sumber Kamis, 10 Juli 2025. Simak penjelasan lebih lanjut di artikel berikut ini.

-pixabay.com/riyan_hidayart-
Apa Itu Monsun Australia?
Monsun Australia merupakan angin musiman yang bertiup dari Benua Australia menuju wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, saat Australia mengalami musim dingin.
BACA JUGA:Pertama Sejak 130 Tahun, Gunung Fuji Tak Bersalju Karena Suhu Panas
BACA JUGA:Suhu di Indonesia Tembus 38,4 Derajat, BMKG Beri Peringatan Ini
Fenomena ini biasanya berlangsung selama periode musim kemarau, yakni sekitar bulan Juni hingga September.
"Angin dari Australia ini cenderung bersifat kering dan membawa udara dingin. Ketika mencapai Indonesia, khususnya wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, efeknya sangat terasa berupa penurunan suhu udara secara signifikan," jelas Erma Yulihastin, peneliti klimatologi dari BRIN, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Atmosfer Kering Mempercepat Pendinginan Malam Hari
Salah satu karakteristik udara yang datang dari arah Australia adalah minimnya kandungan uap air, yang berarti kondisi atmosfer menjadi sangat kering.
Hal ini menyebabkan panas yang diserap permukaan bumi saat siang hari, dengan cepat menghilang ke atmosfer ketika malam tiba.
BACA JUGA:Fenomena Equinox di Indonesia Diyakini Bikin Suhu Lebih Panas, Terjadi Hari Ini 23 September 2024
BACA JUGA:Suhu Panas Diprediksi Melanda Kota Besar di Pulau Jawa, Semarang Tertinggi Capai 37°C
Pada malam hari hingga menjelang fajar, permukaan tanah kehilangan panas lebih cepat, sehingga suhu udara terasa jauh lebih dingin dibandingkan biasanya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



