Manifesto: Buku Puisi Diluncurkan, Kota Tegal Hujan Syair Penuh Makna

Manifesto: Buku Puisi Diluncurkan, Kota Tegal Hujan Syair Penuh Makna

BUKU PUISI - Penyair kondang Kota Tegal Suriali Andi Kustomo menyerahkan buku puisi karyanya yang bertajuk Manifesto: Buku Puisi kepada tamu undangan.-K. Anam Syahmadani/Radar Tegal Grup-

BACA JUGA:Setelah Guci, Giliran Rembul dan Bumijawa Tegal Diterjang Bencana Banjir, Angin Kencang hingga Longsor

Penyair muda M Iqbal Alfariky tampil perdana, membawakan “Perempuan yang Lewat di Depan Rumah”. Iqbal membawakan puisi dengan nada tenang nan menyentuh. 

Dilanjutkan aktor dan sutradara teater, Rias Viri, yang menghentak melalui pembacaan “Pada Sebuah Cafe” dan “Meja Makan Taeko Kansha”. 

Suasana kemudian menggelegar saat Diah Setiawati, penyair senior, membacakan puisi berjudul “Plataran”. Lalu, Riani Pemulung menyuguhkan “Elegi Kedua”, sebuah puisi yang ditujukan untuk Eko Tunas, seniman legendaris Tegal.

Penampilan berikutnya tak kalah kuat. Iwan Nirwana menyajikan “Perjalanan Panjang” dengan retorik. 

BACA JUGA:Program Beasiswa Luar Negeri, Universitas Pancasakti Tegal Kirim Mahasiswa ke Thailand

Aktivis seni Retno Kusrini menghadirkan puisi berjudul “Sketsa Anak Laut”, sementara Nurul M Balfas unjuk gigi dengan “Surat Sederhana Buat Tuhan”, sebuah puisi reflektif yang sederhana tapi menyentuh hati. 

Andi sendiri tampil membaca “Manifesto”, puisi yang dijadikan judul buku ini.

Manifesto: Buku Puisi karya kedua Andi, berisikan belasan puisi-puisinya yang banyak mengungkap kegelisahan bahkan mempertanyakan eksistensi kita sebagai manusia, baik dalam kehidupan individu, sosial, atau soal peradaban seperti kebebasan berekspresi.

Bahkan penolakan terhadap energi nuklir yang kini mulai banyak dibicarakan lagi sejumlah pihak. 

BACA JUGA:Komika Mongol Stres Dijadwalkan Isi Natal Bersama di Tegal, Catat Jadwalnya

Andi sendiri menyebut buku puisi ini terlambat lahir.

“Harusnya meluncur saat saya berusia empat puluh lima tahun, sekarang saya lima puluh lima tahun,” tutur Andi. 

Buku puisi ini sekaligus menjadi respons atas surutnya minat terhadap buku puisi. Tak ingin membuat pembaca merasa berat atau jenuh, Andi memilih menghadirkan buku tipis ini. 

Pilihan ini bukan tanpa alasan. Dia ingin menjaga intensitas dan kedalaman makna setiap baitnya agar dapat benar-benar dihayati.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: