6 Jajanan Tradisional Semarang yang Mulai Langka, Wajib Dicoba Sebelum Punah
Inilah jajanan khas Semarang yang hampir hilang ditelan zaman.--
Wedang Tahu atau dikenal juga dengan kembang tahu adalah minuman tradisional khas Tiong Hoa di Semarang. Minuman ini terdiri dari sari kembang tahu yang lembut, disajikan dengan kuah jahe hangat manis.
Cocok sekali diminum saat cuaca dingin atau malam hari. Selain menghangatkan tubuh, wedang tahu juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan, seperti melancarkan pencernaan dan mengurangi pegal-pegal.
BACA JUGA: 6 Rekomendasi Kuliner Klaten yang Selalu Jadi Incaran Pelancong
BACA JUGA: Nikmati 3 Kuliner Khas Pekalongan Saat Siang Hari, Ikonik dan Menggugah Selera
Sayangnya, pedagang wedang tahu semakin jarang ditemui, hanya bisa dijumpai di lokasi tertentu seperti kawasan Pecinan Semarang.
4. Roti Ganjel Rel
Roti Ganjel Rel merupakan roti tradisional yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Namanya unik karena bentuknya menyerupai bantalan atau penyangga rel kereta api. Teksturnya padat dan keras, dengan taburan wijen di bagian atas.
Biasanya roti ini disajikan pada acara Dugderan (menyambut Ramadan) di Semarang.
Namun, semakin ke sini, keberadaan roti ganjel rel makin jarang karena banyak masyarakat lebih memilih roti modern yang lebih lembut. Meski begitu, roti ini tetap menjadi simbol sejarah kuliner Semarang yang khas.
5. Es Kombor
Di era 1980-an, Es Kombor begitu populer di kalangan anak muda Semarang. Minuman ini terbuat dari campuran tape, gula cair, dan serutan es, menghasilkan rasa manis segar dengan tekstur kental.
BACA JUGA: 4 Makanan Khas Banyuwangi yang Wajib Dicoba, Kuliner Unik di Ujung Timur Jawa
BACA JUGA: Tempat Kuliner Murah di Semarang yang Legendaris Ini yang Rasanya Enak tapi Bikin Kantong Aman
Namanya unik, “kombor” yang berarti minum dengan cara menyeruput hingga puas, menggambarkan keseruan menikmati minuman ini. Kini, es kombor sulit ditemui karena tersaingi minuman kekinian seperti boba atau es kopi susu.
6. Nasi Glewo
Tak hanya jajanan ringan, Semarang juga punya kuliner langka berupa Nasi Glewo. Hidangan ini terdiri dari nasi putih yang disiram kuah santan kental, dengan lauk koyor (urat sapi) yang dimasak hingga empuk.
Nasi glewo populer di era 1980-an dan menjadi menu favorit masyarakat kelas pekerja karena porsinya mengenyangkan. Namun, kuliner ini perlahan menghilang dari peredaran karena generasi muda lebih memilih menu praktis.
Pentingnya Melestarikan Jajanan Tradisional
Jajanan tradisional bukan sekadar makanan, tetapi juga identitas budaya yang melekat pada suatu daerah. Hilangnya jajanan khas seperti pisang plenet atau wedang tahu berarti juga hilangnya bagian dari sejarah kuliner Semarang.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



