Gak Cuma Wayang, Ini 4 Tradisi Jateng yang Jarang di Ketahui

Gak Cuma Wayang, Ini 4 Tradisi Jateng yang Jarang di Ketahui

Gak Cuma Wayang, Ini 4 Tradisi Jateng yang Jarang di Ketahui --Radar Semarang

Bukti nyata toleransi dan akulturasi budaya dapat disaksikan di Desa Peh Cun, Kudus. Meski berasal dari tradisi Tionghoa, Festival Peh Cun di sini telah menyatu sempurna dengan nilai-nilai lokal Jawa.

Perayaan yang diadakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek ini telah menjadi identitas desa. Puncak acara yang paling dinanti adalah lomba balap perahu naga di sungai. Suasana menjadi semarak dan penuh semangat.

BACA JUGA: 5 Goa Wisata di Jateng yang Bisa Kamu Jelajahi untuk Libur Akhir Tahun

BACA JUGA: 3 Tempat Wisata di Jateng yang Mirip Dieng, Libur Akhir Tahun Wajib Mampir

Selain itu, tradisi makan bacang (kue beras ketan) dan melemparkan bacang ke sungai sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan Tiongkok, Qu Yuan, juga menjadi bagian tak terpisahkan. Festival ini adalah gambaran indah tentang kerukunan dan harmonisasi antar suku.

4. Sedekah Laut, Desa-Desa Pesisir Jawa Tengah: Memohon Keselamatan Sang Pemberi Rezeki

Bagi masyarakat nelayan di sepanjang pesisir Jawa Tengah, laut adalah ibu yang memberikan kehidupan. Tradisi Sedekah Laut atau Larung Laut adalah ritual wajib sebagai wujud terima kasih dan permohonan keselamatan selama mencari nafkah di lautan lepas.

Upacara ini biasanya digelar setahun sekali, sering bertepatan dengan hari-hari besar nelayan. Prosesi intinya melibatkan pembuatan sesaji besar yang diletakkan di atas kepala kerbau atau replika perahu.

Sesaji yang berisi hasil bumi, makanan tradisional, dan simbol-simbol lainnya kemudian diarak dengan meriah ke tengah laut menggunakan perahu-perahu nelayan yang dihiasi. Sesaji itu lalu dilarung (dihanyutkan) ke laut, diiringi doa-doa dari tetua adat.

BACA JUGA: Pesona Keindahan Curug Serwiti di Tegal, Tujuan Wisata Menarik di Jateng yang Wajib Masuk Itinerary Anda

BACA JUGA: Cara Membuat Timlo Solo, Hidangan Legendaris Khas Jawa Tengah

Acara ini biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang kulit atau kesenian lokal lainnya.

Penutup

Tradisi-tradisi unik yang tersebar di pelosok desa Jawa Tengah ini jauh lebih dari sekadar acara seremonial. Mereka adalah living museum, naskah hidup yang menceritakan tentang cara suatu komunitas memahami dunia, menghargai sejarah, dan menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya.

Setiap ritual adalah cerminan dari nilai gotong royong, ketulusan, dan rasa syukur yang telah menjadi fondasi kehidupan masyarakat selama generasi. Tradisi yang jarang diketahui di Jateng ini adalah benang emas yang menyambung masa lalu yang bijak dengan masa kini yang dinamis, mengingatkan kita akan identitas budaya yang kaya dan berlapis.

Dalam era globalisasi yang seringkali mengikis nilai-nilai lokal, upaya pelestarian tradisi ini menjadi tantangan sekaligus keharusan. Tradisi yang jarang diketahui di Jateng bukan hanya tanggung jawab warga setempat, tetapi juga menjadi aset bangsa yang patut didukung oleh semua pihak.

BACA JUGA: 7 Jajanan Pasar Khas Jawa Tengah yang Lezat dan Bisa Dijadikan Oleh-oleh

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: