Bukan Sekadar Candi, Ini Kisah Mistis dan Mitos Wanita yang Dikutuk Jadi Anjing di Candi Asu Sengi
Mitos Candi Asu Sengi--
radartegal.com - Di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kabupaten Magelang, berdiri sebuah candi kecil yang menyimpan kisah misterius dan penuh mitos: Candi Asu Sengi.
Meski ukurannya tak sebesar Candi Borobudur atau Prambanan, bangunan kuno ini memikat perhatian karena nama dan mitos legenda yang menyelimutinya. “Asu” dalam bahasa Jawa berarti anjing, dan itulah awal dari kisah yang dipercaya warga setempat sebagai simbol kutukan terhadap seorang wanita yang melanggar norma.
Kisah ini terus diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, hingga menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat sekitar. Mitos ini pun memperkuat aura mistis Candi Asu Sengi dan menjadikannya lebih dari sekadar situs arkeologi biasa.
Dalam artikel Radartegal berikut, kami akan membahas cerita di balik mitos Candi Asu Sengi yang melegenda. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini dengan seksama!
BACA JUGA: Jangan Percaya! Ini 7 Mitos Menurunkan Berat Badan yang Menyesatkan
BACA JUGA: Benarkah Mitos Kucing Hitam Pembawa Sial di Indonesia?
Cerita di Balik Candi Asu Sengi
1. Legenda Perselingkuhan Dewindani
Cerita dimulai dengan seorang wanita bernama Dewindani, yang hidupnya tidaklah biasa karena dua hal. Pertama, menurut satu versi, dia berasal dari keturunan dewa.
Kedua, dia sering kali tergoda oleh nafsu dan terlibat dalam perselingkuhan meskipun hidupnya dalam keluarga yang mapan. Namun, ketika perbuatannya terbongkar, Dewindani dikenakan kutukan.
Ada yang mengatakan bahwa dia hanya dikutuk agar dianggap rendah seperti anjing, namun ada versi lain yang menyebutkan bahwa Dewindani benar-benar diubah menjadi seekor anjing. Legenda ini menambah kekayaan kisah di balik Candi Asu Sengi, menciptakan aura misteri yang menarik bagi yang mendengarnya.
2. Arca Anjing Jelmaan Dewindani
Nama "Asu" dalam Candi Asu Sengi sebenarnya tidak berasal dari hubungan dengan anjing, melainkan dari arca Nandini, sapi tunggangan Dewa Siwa. Namun, saat arca ini ditemukan dalam kondisi aus dan tidak dikenali lagi, masyarakat sekitar menganggapnya sebagai arca anjing.
BACA JUGA: Mitos Pulau Satonda Konon Terkutuk dan Tak Boleh Ditempati
BACA JUGA: 3 Mitos di Air Terjun Mayung Putek yang Berkhasiat Gaib
Hal ini kemudian menjadi katalisator bagi mitos Dewindani, wanita yang tidak setia dan diubah menjadi anjing sebagai kutukan. Menariknya, nama "Asu" telah berubah menjadi sebuah kata makian dalam bahasa Jawa, sehingga tidak ada seorang pun yang ingin disebut sebagai "asu".
Namun, perlu dicatat bahwa mitos tentang Dewindani adalah cerita baru, karena pandangan masyarakat Jawa Kuno tentang anjing sebenarnya beragam, dan dalam beberapa tradisi, anjing bahkan dianggap sebagai simbol kesetiaan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


