Dirinya juga berharap prestasi ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk membangun budaya sehat dan aman pangan melalui kerja sama lintas sektor dan pembinaan berkelanjutan.
“Prestasi hanyalah bonus, yang terpenting adalah dampaknya bagi tumbuh kembang siswa. Kami ingin sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman, sehat, dan menumbuhkan kreativitas,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Rustyawati memberikan edukasi mengenai pentingnya membangun kesadaran keamanan pangan sejak sekolah, di mana pangan yang aman harus terbebas dari tiga bahaya, yakni bahaya kimia, mikrobiologis, dan fisik.
Rustyawati mengungkapkan, inspeksi atau pengawasan makanan di lapangan yang dilakukan di lapangan, ternyata masih ditemukan kandungan zat berbahaya seperti pewarna tekstil Rhodamin B yang dapat memicu kanker karena tidak dapat diurai oleh sistem pencernaan tubuh.
Pihaknya juga meminta agar semua pelaku usaha dapat menghindarkan produk pangannya dari kontaminasi fisik seperti rambut atau penggunaan staples pada kemasan pangan, serta mikroba patogen yang berpotensi menyebabkan keracunan.
Rustyawati mengatakan, BPOM secara rutin selalu melakukan edukasi ke masyarakat, uji laboratorium dan pembinaan kepada pelaku usaha.
“Kami tidak hanya menarik produk berbahaya dari peredaran, tetapi juga membina UMKM lewat program Gumregah agar mereka makin memahami standar produksi pangan yang baik,” ujarnya.
Ia mengingatkan adanya sanksi berat bagi pelaku usaha yang tetap nekat menggunakan bahan berbahaya, mulai dari pembinaan, teguran keras, penghentian produksi, hingga pencabutan izin usaha dan proses pidana.