TEGAL, radartegal.com - Sejumlah daerah di pesisir Pantai Utara Jawa, termasuk Kota Tegal terancam tenggelam. Benarkan prediksi tersebut akan nyata bila tidak segera dilakukan penanganan?
Ulasan terkait prediksi sejumlah daerah di pesisir Pantai Utara Jawa akan tenggelam, termasuk Kota Tegal, banyak beredar belakangan ini. Hal itu disebut-sebut terjadi karena penurunan muka tanah.
Menurut Pengamat Perancangan Kota, Abdullah Sungkar, persoalan ini berpotensi makin memperparah kerentanan kawasan pesisir terhadap rob dan banjir yang kian meluas.
Dalam sepuluh tahun ke depan, di memprediksi penurunan muka tanah di Kota Tegal bisa mencapai sepuluh sentimeter. Adapun saat ini, elevasi tinggi rob sudah berkisar 25 sentimeter.
BACA JUGA:Ada Tarif Khusus Kereta Eksekutif Tegal-Semarang, Perjalanan Lebih Murah
BACA JUGA:5 Tempat Staycation di Tegal yang Murah dan Strategis
Angka itu belum memperhitungkan laju penurunan muka tanah Kota Tegal. Karena itu, Sungkar mengungkapkan, elevasi rob bisa mencapai lima puluh sentimeter dengan jangkauan wilayah terdampak hingga seribu meter dari garis pantai, jika hal tersebut tidak segera diantisipasi.
Kondisi saat ini, tercatat Kelurahan Muarareja menjadi wilayah terdampak rob pali parah, dengan luasan mencapai 47,48 hektare.
Wilayah berikutnya Kelurahan Tegalsari, dengan luasan 31,60 hektare, Kelurahan Panggung 13,98 hektare, dan Kelurahan Mintaragen 7,75 hektare.
"Maka harus segera diatasi," tegas Sungkar saat diwawancarai khusus oleh Radar Tegal di kediamannya di Jalan Gajah Mada, belum lama ini.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Hotel OYO Dekat Stasiun Tegal Mulai Rp100 Ribuan per Malam
BACA JUGA:Jajanan Kuliner Khas Tegal yang Wajib Dicoba, dari Tahu Aci hingga Latopia!
Penyebab penurunan muka tanah Kota Tegal
Lebih lanjut, Sungkar membeberkan, penurunan muka tanah di Kota Tegal tak hanya disebabkan faktor alam. Namum aktivitas manusia diatasnya juga menjadi penyebabnya.
Seperti beban berat bangunan yang terus bertambah dan eksploitasi air tanah berlebihan. Untuk meredam laju penurunan ini, Sungkar menyarankan pengendalian pemanfaatan lahan, terutama untuk konstruksi bangunan tinggi.
"Itu dapat diantisipasi dengan mengurangi bangunan-bangunan tinggi di areal pesisir pantai. Juga mengendalikan pengambilan air tanah yang mengurangi tekanan air tanah," jelas pria lulusan Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro itu.