"Ini menjadi alasan utama mengapa kita merasa kedinginan meskipun matahari bersinar terang di siang hari," ungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rilis resminya.
Langit Cerah Mempercepat Penurunan Suhu
Musim kemarau yang ditandai dengan langit cerah dan minim tutupan awan turut mempercepat proses hilangnya panas dari permukaan bumi.
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem, Suhu di Puncak Gunung Ciremai Sampai Minus 3 Derajat Celcius
BACA JUGA:Suhu di Makkah Sampai 45 Derajat Celsius, Jemaah Haji Indonesia Diminta Tidak Memaksakan Diri
Tanpa adanya lapisan awan yang menahan radiasi panas ke luar angkasa, suhu udara pada malam hari cenderung anjlok dengan cepat.
Hal ini terutama dirasakan oleh warga yang tinggal di dataran tinggi atau pegunungan, di mana suhu bisa turun drastis hingga mencapai satu digit Celsius.
Dataran Tinggi Dieng, Bromo, dan Lembang menjadi beberapa lokasi yang setiap tahun mengalami suhu terdingin selama periode ini.
Posisi Matahari di Belahan Bumi Utara
Selain faktor angin dan kondisi atmosfer, letak Matahari turut memengaruhi suhu udara di Indonesia.
Pada pertengahan tahun, Matahari lebih condong ke belahan Bumi utara, sehingga wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa dan Bali menerima intensitas radiasi matahari yang lebih sedikit.
BACA JUGA:Panas, Suhu di Arab Saudi Capai 50 Derajat Celsius, Menag: Bawa Payung atau Topi
BACA JUGA:Suhu Arab Saudi Bisa Mencapai 55 Derajat Celsius, Dua Jemaah Haji Indonesia Kakinya Melepuh
Meskipun terik matahari tetap terasa di siang hari, energi panas yang diserap bumi lebih sedikit dibandingkan saat posisi matahari berada tepat di atas khatulistiwa.
Apakah Aphelion Penyebabnya?
Banyak masyarakat yang mengaitkan hawa dingin ini dengan fenomena Aphelion, yaitu saat jarak Bumi dengan Matahari mencapai titik terjauh. Namun, BMKG menegaskan bahwa pengaruh Aphelion terhadap suhu di Indonesia sangat kecil.
“Fenomena Aphelion memang terjadi sekitar bulan Juli, tetapi dampaknya terhadap suhu di Indonesia tidak signifikan. Perubahan suhu lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi atmosfer dan angin musiman,” kata BMKG dalam klarifikasi resminya yang dikutip oleh Detik.com.
Fenomena Bediding
Di kalangan masyarakat Jawa, hawa dingin yang terjadi setiap musim kemarau dikenal dengan istilah “bediding” atau dalam beberapa daerah disebut juga “mbediding”.
BACA JUGA:Cuaca Mulai Terik dan Panas, Warga Diminta Waspadai Fenomena Suhu Tinggi Hingga Pertengahan Mei