Sebelum hadirnya listrik, masyarakat hanya mengandalkan pelita atau lampu minyak untuk menerangi malam. Dalam kondisi gelap seperti itu, memotong kuku berisiko tinggi menyebabkan luka pada jari karena visibilitas yang buruk.
Karena alasan keamanan inilah, kebiasaan tersebut lambat laun berubah menjadi sebuah pantangan yang dibungkus dengan unsur mistik. Proses transmisi mitos dari generasi ke generasi membuat pesan praktis tadi kehilangan konteks aslinya dan berubah menjadi larangan yang bersifat sakral.
Menurut Budayawan dan Antropolog Universitas Indonesia, Dr. R. S. Sedyawati, banyak mitos dalam masyarakat Indonesia yang sejatinya muncul sebagai bentuk adaptasi sosial terhadap kondisi zaman.
BACA JUGA:Mitos Kalamakara dalam Seni Arsitektur Candi Hindu Buddha
BACA JUGA:Mitos Makan di Wajan Bisa Bikin Sial, Ini Fakta dan Penjelasanya
Fakta Medis dan Pandangan Modern
Dari segi ilmu kesehatan, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa memotong kuku di malam hari dapat menyebabkan malapetaka, apalagi membawa sial atau memicu kematian orang tua.
Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Yulia Astuti, Sp.KK, memotong kuku bisa dilakukan kapan saja, asal menggunakan alat yang bersih dan tajam, serta dalam kondisi pencahayaan yang memadai.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan kuku untuk mencegah penumpukan bakteri dan kotoran yang bisa memicu penyakit.
“Waktu terbaik adalah saat kuku dalam kondisi lunak, misalnya setelah mandi. Tapi kalau malam hari dan sudah punya waktu luang, tidak ada masalah sama sekali selama hati-hati,” jelasnya dalam wawancara dengan Alodokter.
BACA JUGA:Mitos Burung Api Bromodedali, si Penunggu Setia Gunung Semeru
BACA JUGA:Mitos atau Fakta? Ini 5 Larangan Malam Satu Suro yang Masih Dipercaya
Mitos larangan memotong kuku di malam hari adalah bagian dari warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat Indonesia.
Meski pada awalnya berakar dari alasan praktis demi keselamatan, mitos ini kini lebih banyak dikaitkan dengan hal-hal mistis dan supranatural. Sayangnya, banyak generasi muda yang menerimanya tanpa tahu latar belakang logis di baliknya.