MOGA, radartegal.com - Bedah sejarah Mbah Nur Walangsanga Moga, Pemalang, Forum kajian Politics and Historcal Discourse (PHD) menggelar diskusi. Kegiatan dilangsungkan di Sekretariat PHD, Perumahan Graha Samira Moga, Sabtu 14 Juni 2025.
Pada diskusi tentang sejarah Mbah Nur Walangsangan Moga Pemalang, penyelenggaran menghadirkan Faizul A'la, cicit dari Mbah Nur. Selain itu, Agus Setiyanto, pegiat sejarah lokal Pemalang.
Founder PHD Akromi Mashuri membuka acara diskusi mengungkap sejarah Mabh Nur Walangsanga Moga, dengan mengutip ungkapan yang sering dipopulerkan oleh Indonesianis sekaligus Sejarawan Peter Carey, "Leluhur Mboten Sare".
"Mengutip dawuhnya Syeikh Peter Carey, leluhur mboten sare (mengutip kata Syeikh Peter Carey, Red), maka alangkah baiknya kita buka diskusi sore ini dengan berkirim surat alfatihah untuk para sesepuh, pini sepuh dan leluhur kita. Wabilkhusus dhumateng panjenenganipun (Khususnya kepasa, Red) Simbah Kiai Nur Durya Walangsanga," ujarnya.
BACA JUGA:Dewata Festival Kultur 2025 Potensi Wisata Desa Wanarata Pemalang
BACA JUGA:Keharuan Warnai Pelepasan Siswa KB di Desa Blimbing Pemalang
Mbah Nur Walngsanga Moga
Kiai Nur Durya bin Sayyid atau biasa disebut Mbah Nur Walangsanga merupakan seorang ulama tersohor di sebuah Desa Walangsanga, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Tak hanya di desanya, nama Mbah Nur begitu populer di Jawa Tengah. Para peziarah datang dari berbagai penjuru di nusantara. Pada saat menjelang Bulan Sya’ban, banyak peziarah yang rela mengantre untuk masuk ke area makam Mbah Nur.
Hal yang membuat sosok Mbah Nur ini dikenal sebagai sosok Waliyullah (kekasih Allah) khususnya di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU) diceritakan oleh Faizul A'la, Cicit dari Mbah Nur.
Gus Faiz, sapaan akrab Faizul A'la, mengatakan Mbah Nur ini memiliki keistimewaan yang luar biasa. Khususnya dalam menjalani laku spiritual dan laku sosial secara seimbang dan istiqomah.
BACA JUGA:Undang TNI, SMP Negeri 1 Bodeh Pemalang Bentuk Karakter Siswanya
BACA JUGA:Sinergi Polisi dan TNI di Pemalang saat Ikuti Bhakti Religi Polri
"Mbah Nur sebagai Waliyullah itu masyhur. Kewalian beliau tentunya tidak datang dari ruang hampa, tapi karena kemuliaan-kemuliaan beliau yang istiqomah," ujarnya.
Lebih lanjut, santri alumni Buntet dan alumni International University of Africa ini mengungkapkan, Mbah Nur tidak hanya seorang ulama yang menjalani laku spiritual secara istiqomah, tapi juga tokoh filantropi yang menginspirasi.
"Mungkin banyak yang belum tahu Mbah Nur itu sangat concern pada pendidikan. Beliau banyak mengeluarkan uang untuk membiayai anak-anak yang mondok. Kalau pakai istilah sekarang semacam foundation lah. Bagi saya pribadi Mbah Nur itu tokoh filantropi," ungkap Gus Faiz.