Pasutri Penjual Sembako Naik Haji Setelah Belasan Tahun Menabung: Rasanya Seperti Mimpi

Minggu 11-05-2025,13:30 WIB
Reporter : Khikmah Wati
Editor : Khikmah Wati

Tahun ini menjadi titik terang. Setelah belasan tahun menabung rupiah demi rupiah dari hasil jualan sembako rumahan, pasangan lansia ini akhirnya berangkat haji. 

Air mata haru tak bisa mereka bendung saat mengenang perjuangan di balik keberangkatan ini.

Setiap pagi, sebelum ayam berkokok, Askar sudah mulai menata dagangan, beras, gula, telur, minyak goreng, sabun, hingga kopi sachet. Warung sembako kecil itu menempel di bagian depan rumah mereka. Tak pernah ramai, tapi cukup untuk mengalirkan rezeki harian.

"Kadang sehari cuma laku lima bungkus mie instan, tapi kami tetap bersyukur, yang penting bisa nyisihin meski sedikit," kata Asniar sambil mengusap matanya.

Sejak bertahun-tahun, mereka mulai menabung untuk daftar haji. Butuh beberapa tahun lebih untuk bisa mendaftar secara resmi karena terbatasnya penghasilan. Setelah itu, mereka harus menunggu antrean selama belasan tahun.

“Waktu daftar, saya masih kuat angkat karung beras sendiri. Sekarang sudah harus pakai tongkat bahkan dipapah oleh istri saya. Penyakit sudah banyak di umur tua ini,” ujar Askar seraya tersenyum saat berbagi kisah pada Humas Kemenag Sibolga.

Pandemi COVID-19 pada 2020, sempat memukul keras usaha kecil mereka. Penjualan turun drastis. Mereka hanya bisa bertahan dengan menjual barang-barang kebutuhan pokok secara hutang ke tetangga yang juga kesulitan.

Di tengah itu semua, mereka kehilangan salah satu anaknya yang menjadi tulang punggung keluarga. Kesedihan itu membuat mereka sempat enggan melanjutkan niat berhaji. 

Namun dukungan keluarga dan jiran tetangga membuat semangat mereka berdua bangkit kembali. Kisah Askar dan Asniar ini menjadi inspirasi bagi banyak orang di kampung mereka—bahwa ketulusan, kesabaran, dan usaha kecil yang konsisten bisa membawa ke mimpi besar, bahkan hingga ke Tanah Suci. 

Kategori :