Namun, saat ada banjir bandang dari hutan, tanggul dan kandang jebol. Sehingga ayam dan makanannya terendam banjir.
"Walaupun mereka beralasan karena banjir, tapi kami tetap mengambil sample untuk memastikan matinya ayam-ayam itu," cetusnya.
BACA JUGA:10 Rekomendasi Tempat Bukber di Tegal, Murah dan Nyaman Tepatnya
BACA JUGA:Cemburu Lihat Tanda Cupang di Leher, Pemuda di Tegal Tusuk Sang Mantan depan Kamar Kosnya
Azki menyarankan, sebaiknya makanan ayam ditempatkan di gudang khusus. Sehingga tidak terkontaminasi dan lebih steril.
Menurutnya, standar operasional prosedur (SOP) PT Japfa memang sudah bagus. Untuk masuk ke lokasi kandang, pengunjung harus steril. Menggunakan pakaian khusus dan harus bebas dari virus.
"Kalau soal perizinan memang sudah lengkap. Tapi tetap akan kita cek lagi. Dan untuk hasil sample, kita masih menunggu dari dinas terkait," tukasnya.
Sementara, menurut Juru Bicara Forum Masyarakat Jembayat Urip Haryanto, alasan matinya ribuan ekor ayam itu tidak masuk akal secara teknis.
BACA JUGA:Wujudkan Kabupaten Tegal Maju dan Tangguh, Bupati Tegal Ischak Tegaskan Komitmennya
BACA JUGA:Jumat Berkah Ramadan, Warga di Kecamatan Margadana Tegal Dapat Sembako dari Pak Polisi
Pagar yang roboh imbas curah hujan, ternyata dibangun menggunakan bata ringan, bukan dari pagar panel.
Karenanya, dinas terkait tetap mengambil sample darah untuk memastikan matinya ayam-ayam itu.
Menurut Urip, penguburan bangkai ayam itu memang tidak terlalu dalam. Sehingga terdapat kebocoran polusi udara yang mengakibatkan bau busuk menyebar ke permukiman warga.
Sejauh ini, Urip masih menunggu hasil lab dari dinas terkait. Jika sudah keluar, nanti akan dijadikan sebagai landasan dan rujukan pertimbangan bagi Forum Masyarakat Jembayat guna menyusun langkah dan sikap selanjutnya untuk meminta pertanggungjawaban terhadap PT Japfa Confeed Indonesia Tbk.
BACA JUGA:Wali Kota Tegal Dedy Yon Serahkan Hibah Mobil ke KONI
BACA JUGA:Jelang Arus Mudik, Takaran Pengisian BBM SPBU di Tegal Dicek