radartegal.com - Menjelang bulan Ramadan, banyak orang mulai mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk menjalankan ibadah puasa. Namun, tak jarang muncul pertanyaan seputar hukum menyindir teman lewat status WA saat puasa, terutama terkait etika dan dampaknya terhadap hubungan sosial.
Hukum menyindir teman lewat status WA saat puasa menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Hal ini karena puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menuntut kita untuk menjaga lisan dan perbuatan agar tidak merugikan orang lain.
Banyak yang bertanya-tanya, apakah hukum menyindir teman lewat status WA saat puasa termasuk perbuatan yang merusak ibadah? Padahal, puasa seharusnya menjadi momen untuk introspeksi diri dan meningkatkan kualitas hubungan dengan sesama.
Sebenarnya, hukum menyindir teman lewat status WA saat puasa bisa dikaitkan dengan prinsip menjaga ukhuwah atau persaudaraan. Sindiran yang terselip dalam status WA berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dan merusak keharmonisan hubungan antarindividu.
BACA JUGA: BREAKING NEWS! Pemerintah Tetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriyah Bertepatan 1 Maret 2025
BACA JUGA: Selama Ramadan, Jam Kerja ASN di Brebes Berubah
Hukum Menyindir Teman Lewat Status WA Saat Puasa
-
Hukumnya makruh:
Menyindir teman melalui status WA saat berpuasa hukumnya makruh, artinya perbuatan tersebut sebaiknya ditinggalkan.
-
Dapat mengurangi pahala puasa:
Perbuatan tersebut dapat mengurangi pahala puasa, bahkan menghilangkan pahala puasa jika disertai dengan niat yang buruk, seperti merendahkan atau menyakiti hati teman.
-
Dapat menimbulkan dosa:
Jika sindiran tersebut mengandung kebohongan, fitnah, atau ghibah (menggunjing), maka perbuatan tersebut dapat menimbulkan dosa.
Dalil dan Hadis
Berikut adalah beberapa dalil dan hadis yang berkaitan dengan menjaga lisan dan perbuatan saat berpuasa:
BACA JUGA: Joglo Ageng Guci Tegal Gelar Promo Guci Ramadan dan Rantang Ramadan, Berlimpah Diskon dan Voucher
BACA JUGA: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1455 H untuk Brebes dan Sekitarnya, Segera Catat
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim:
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR. Bukhari dan Muslim)