BACA JUGA: Aja Kosih Klalen! 6 Permainan Tradisional di Tegal, Menemani Masa Kecil Kalian Sebelum Ada Gadget
BACA JUGA: Calon Pengantin Wajib Siapkan Mental, Ini 5 Tradisi Khas Pernikahan di Tegal yang Masih Eksis
Secara spiritual, ruwatan dianggap sebagai cara untuk mendapatkan perlindungan dari kekuatan jahat yang bisa mengancam kesejahteraan seseorang.
Banyak yang percaya bahwa ritual ini bisa menolak bala dan memberikan perlindungan dari segala bentuk bencana, baik yang tampak maupun yang tidak.
Dalam pandangan masyarakat Tegal, ruwatan adalah bentuk ikhtiar religius dan magis untuk menghadapi segala tantangan hidup.
Ruwatan dan Nilai-nilai Kehidupan
Jika dilihat dari segi nilai kehidupan, ruwatan bukan hanya ritual keagamaan semata, tapi juga sebuah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan.
BACA JUGA: Kudu Ngerti, Ini 7 Tradisi Pernikahan di Tegal yang Masih Tetap Dilestarikan sampai Sekarang
BACA JUGA: Tradisi Pernikahan di Tegal, AkulturasiPerpaduan Budaya dan Makna yang Mendalam
Dengan mengadakan ruwatan, masyarakat menunjukkan bahwa mereka tidak lupa untuk bersyukur atas hasil panen, kesehatan, dan keselamatan yang mereka terima selama setahun.
Tradisi ini juga mengandung pesan moral tentang pentingnya hidup dalam harmoni, tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan alam.
Melalui gunungan hasil bumi, masyarakat diajak untuk selalu menghargai alam dan segala isinya. Mereka juga diajak untuk selalu menjaga lingkungan, karena keberkahan hidup hanya bisa didapatkan jika kita hidup selaras dengan alam.
Modernisasi dan Pelestarian Tradisi
Meskipun zaman terus berubah, ruwatan di Kabupaten Tegal masih tetap lestari hingga sekarang. Namun, seperti halnya tradisi lain, ada tantangan dari modernisasi yang kadang mengancam eksistensi budaya ini.
BACA JUGA: Mengenal Tradisi Nyadran, Kearifan Lokal Turun Temurun yang Masih Lestari sampai Sekarang
BACA JUGA: Akulturasi Budaya dan Agama, Mengenal Tradisi Bada Kupat di Berbagai Daerah Jawa Tengah
Namun, masyarakat Tegal berusaha keras menjaga agar ruwatan tidak hanya menjadi tontonan semata, tetapi tetap menjadi ritual yang sakral dan penuh makna.