BACA JUGA: Masjid Agung Brebes, Simbol Kebijaksanaan Masyarakat Berusia Ratusan Tahun
BACA JUGA: Tradisi Lama, Sedekah Bumi Warga Kepandean Kabupaten Tegal Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu
Apabila mengacu pada peta lama yang diterbitkan Belanda, di daerah sekitar ditemukannya manuskrip kuno itu terdapat sebaran makam dan masjid tua.
Sehingga, secara demografi sangat dimungkinkan peradaban keislaman masa lalu eksis di wilayah tersebut.
“Selanjutnya kami meminta izin untuk membawa dan melakukan penelitian hingga manuskrip kuno tersebut masuk daftar agenda transliterasi dan penerjemahan,” ungkap pria yang kini dipercaya sebagai Wakil Ketua PCNU Kota Tegal.
Selain Menak Hamzah, manuskrip kuno lainnya yang ada di tangan pemuda yang sebelumnya menjadi Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia PCNU Kota Tegal itu juga bertuliskan huruf Arab, yang diperkirakan berasal dari tahun 1800.
BACA JUGA: Konon Dijaga Makhluk Berumur Ratusan Tahun, Inilah 3 Fakta Menarik Candi Pringapus
BACA JUGA: Mengenal Tradisi Nyadran Gunung Silurah yang Berusia Ratusan Tahun, Ada Ritual Ider Desa
Manuskrip kuno milik pribadi ini mengisahkan tentang nabi.
Namun sayang kondisinya sudah tidak utuh.
“Karena kondisi yang sudah tidak utuh, jadi sulit mengidentifikasi keseluruhan isi naskah,” tutur Hendri.
Manuskrip kuno berikutnya bertuliskan huruf Bali.
Menurut Hendri, manuskrip kuno ini merupakan pemberian seseorang dari Bali dari tahun 1800 akhir.
“Manuskrip kuno tersebut belum diketahui isinya,” ungkap sarjana sosial lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu.
Hendri yang mampu membaca huruf Arab, Jawa, dan Kawi menyampaikan, untuk menyelamatkan manuskrip kuno tersebut dilakukan upaya pendigitalisasian.
Tim Penaskah Lingkar Aksara juga sudah menerbitkan naskah karya ulama Nusantara yaitu Serat Bonang serta Hil Al Zill dan Al Shifa Al Qulub karya ulama Aceh Syekh Ar Raniri.