Dengan hati-hati, Hendri Lisdiantoro, membuka kotak dan menaruh isinya ke atas meja.
Isi kotak tersebut adalah setumpuk kertas bertuliskan huruf Arab yang terlihat sudah cukup usang.
“Ini Menak Hamzah,” kata Hendri saat Radar Tegal menyambangi Lingkar Aksara, Jumat, 27 September 2024.
BACA JUGA: Filsafat Pendidikan Berbasis Ajaran Jawa Kuno
Lingkar Aksara merupakan wadah yang didirikan Hendri untuk tempat belajar.
Selain bidang kebudayaan, terutama pernaskahan, Lingkar Aksara bergerak di pendidikan dan dunia kreatif.
Menak Hamzah yang ada di tangan Hendri sendiri adalah manuskrip kuno yang ditemukan salah satu keluarga yang beralamat di Jalan Flamboyan, Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur.
Dia diberitahu setelah sebelumnya diminta oleh seorang tokoh masyarakat untuk membaca ragam corak sebuah nisan pada sebuah makam tua yang berada di wilayah Kelurahan Slerok.
BACA JUGA: Menelusuri Jejak Peradaban Candi Kesuben Tegal, Peninggalan Hindu Kuno di Lebaksiu Tegal
BACA JUGA: 5 Mitos Anjing dalam Masyarakat Jawa Kuno, Sebab Munculnya Legenda Candi Asu Sengi
Saat bertemu Hendri, keluarga pemegang manuskrip kuno itu menceritakan bahwa manuskrip kuno tersebut ditemukan di sebuah karung yang disimpan di atas sebuah atap musala atau langgar bernama Baitul Islam yang berada di Jalan Flamboyan.
Pihak keluarga menuturkan manuskrip kuno ini kemungkinan besar merupakan karya kakek buyut mereka.
“Sebab keberadaan musala tersebut dari dulu memang dikelola pihak keluarga,” tutur Hendri.
Dari identifikasi awal yang dilakukan Hendri, Menak Hamzah yang menceritakan tentang kisah paman Nabi Muhammad, Hamzah, berasal dari periode sekitar 1700-1800.
Artinya, sudah berusia tiga ratusan tahun.