DUKUHWARU, radartegal.com – Mitos dan asal-usul Desa Selapura di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal akan dibahas dalam artikel ini. Cerita ini sampai sekarang masih mengakar kuat di sebagian besar warga dan masyarakatnya.
Secara geografis, Desa Selapura merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Nah, mitos dan asal usul Desa Selapura ini diketahui melalui cerita dari mulut ke mulut warga sekitar.
Apalagi mitos dan asal-usul Desa Selapura ini, sudah secara turun temurun menjadi kearifan lokal masyarakat setempat. Sehingga diyakini bahwa cerita-cerita yang berkembang di masyarakat setempat hingga saat ini, merupakan cerita yang benar.
Mitos dan asal-usul Desa Selapura, Tegal
BACA JUGA: Punya Jargon 'Ora Ngapak Ora Kepenak', Ternyata Begini Asal-Usul Bahasa Ngapak
BACA JUGA: Sejarah Asal-usul Kawah Sikidang Banjarnegara, Berkaitan Dengan Kutukan Rambut Gimbal Sang Pangeran
Mengutip laman resmi Pemerintah Desa Selapura, kata Selapura berasal dari kata sela yang berarti batu dan pura yang mengandung arti candi. Sehingga bisa diartikan di Desa Selapura, pernah terdapat situs peninggalan kuno berupa candi.
Oleh warga dan masyarakat sekitar, candi tersebut dinamai Candi Asu (Anjing). Konon dari cerita yang berkembang, asal muasal candi tersebut berhubungan dengan Raja Mataram yang suka berkeliling ke daerah-daerah kekuasaannya.
Kisah Raja Mataram di Desa Selapura
Dari penuturan warga sekitar, pada saat Raja Mataran melakukan perjalanan tiba-tiba menjumpai sebuah daerah yang memiliki budaya atau tradisi unik. Yakni para kuwu atau kepala desanya sering menyajikan tari-tarian.
Sang Raja pun tertarik menyinggahi daerah tersebut, lalu menikahi seorang gadis penari yang cantik. Setelah bebrapa lama berkeluarga, pasangan raja dan penari tersebut dikaruniai keturunan yang diberi nama Pangeran Jungjang.
BACA JUGA: Sejarah Asal-usul Desa Lebaksiu Tegal, Kini Punya Ikon Unik yang Mendunia
Namun karena Sang Raja harus kembali ke Mataram untuk menjalankan pemerintahan dan kekuasaannya, pangeran kemudian dirawat dan dibesarkan oleh para kuwu. Bertahun-tahun kemudian raja baru ingat bahwa dia pernah memiliki anak atau ketrunan di suatu daerah.
Sang Raja kemudian mengirim anak perrempuannya dari Kerajaan Mataram yang bernama RBB RA Wulatsih ke daerah tersebut. Dia ditugasi untuk mencari dan menemui Pangeran Junjang untuk dijadikan suaminya.