Kemudian dia menyadari kesalahannya ketika melawan pihak berwenang. Sebaliknya, dia ingin mengabdi dan diberi tugas untuk menjaga masyarakat Brebes.
Setelah kejadian tersebut, Laksito diberi nama baru yaitu Jaka Poleng oleh Bupati. Konon, Jaka Poleng sampai hari ini masih tinggal di sebuah rumah di kompleks perkantoran Kabupaten Brebes.
BACA JUGA: Mitos Waduk Malahayu di Brebes, dari Air Cinta Abadi sampai Ular Buntung Penunggunya
BACA JUGA: Dipercaya Bisa Obati Penyakit, Ini Mitos Obyek Wisata Pantai Pulau Kodok Tegal
Itulah sedikit kisah Jaka Poleng yang berkembang di masyarakat Brebes. Seorang yang dianggap sebagai pelindung wilayah Brebes ini dari ancaman ataupun bahasa sekitar.
Setiap cerita lisan pasti memiliki pesan atau amanat yang terkandung di dalamnya. Dalam kisah Jaka Poleng ini, ada beberapa amanat yang dapat kita ambil untuk dijadikan sifat ataupun perilaku yang lebih baik.
1. Nilai-nilai Sosial Keagamaan
Nilai-nilai sosial keagamaan dalam kisah Jaka Poleng adalah masyarakat mempunyai sifat-sifat yang luhur, kekanak-kanakan terhadap orang tua (orang yang lebih tua), dan menjaga hubungan demi kelestariannya .
2. Pendidikan Karakter
Menurut kisah Jaka Poleng, kehidupan seimbang tidak hanya mengajarkan kita bagaimana memiliki keberanian, kesetiaan, dan integritasnya sebagaimana Jaka Poleng. Bersifat pemberani dengan menggunakan kesaktian kulit ular yang dimilikinya untuk membantu Pangeran Purbaya dalam melawan Belanda.
BACA JUGA: Keindahan Alam Curug Putri, dalam Pesonanya Ternyata Menyimpan Mitos
3. Pelestarian Kebudayaan
Kisah Jaka Poleng tersebar luas di kalangan masyarakat Brebes dan termasuk kebudayaan sastra lisan yang harus dilestarikan dari generasi ke generasi.
4. Konservasi Alam
Kisah Jaka Poleng merupakan upaya untuk mengajarkan masyarakat bahwa kita harus menghargai alam dengan cara menjaganya. Dalam cerita Jaka Poleng, kepercayaan untuk tidak membunuh ular secara sembarangan, terlebih jika ular tersebut tidak mengganggu.