BREBES, radartegal.id – Setiap wilayah di Indonesia selain mempunyai cerita sejarah yang unik dan dipercaya masyarakat hingga saat ini. Salah satunya seperti kisah Jaka Poleng yang dipercaya sebagai sosok berjasa di Kabupaten Brebes.
Seperti daerah lainnya, cerita legenda atau sastra lisan yang berkembang di daerah itu, disebarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kisah Jaka Poleng menjadi cerita rakyat yang masih populer saat ini.
Kisah Jaka Poleng ini erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Brebes zaman dahulu. Di mana saat itu masih dikenal abdi dalem kerajaan yang punya tugas khusus.
Bagi masyarakat Brebes, kisah Jaka Poleng menjadi bagian dari sejarah daerah ini. Kisah ini tentang seorang pemuda bernama Laksito yang menjadi abdi dalem istana raja dan bertugas memberi makan kuda raja yang bernama Kiai Genta.
BACA JUGA: Asal Usul Terjadinya Curug Putri Brebes, Terdapat 3 Versi Cerita Berbeda
BACA JUGA: Mengulik Sejarah Legenda Jaka Poleng, Pahlawan Gaib Penjaga Brebes yang Berbentuk Ular
Suatu hari pemuda itu membawa kuda tersebut ke padang rumput untuk merumput. Saat Laksito sedang beristirahat, dia menunggu dengan menunggang kuda.
Namun tiba-tiba dia melihat seekor ular poleng mengenakan mahkota emas. Karena tertarik, Laksito mengikuti ular itu hingga ke semak-semak.
Sayangnya, Laksito tidak menemukan ular tersebut dan menemukan kulitnya saja yang terkelupas. Kulit ular itu berwarna emas.
Kulit ular emas itu dibawanya kembali ke kabupaten bersama kuda kesayangannya Kiai Genta. Tanpa disadari, kulit ular emas itu dapat membuat orang yang memegangnya tidak terlihat oleh orang lain.
BACA JUGA: Mitos Jaka Poleng, Pahlawan yang Tak Bisa Dilupakan Warga Brebes
BACA JUGA: Diyakini Menjadi Sosok Pelindung Brebes, Begini Mitos Jaka Poleng
Sehingga, Laksito mulai memiliki kemampuan ini ketika dia membawa-bawa kulit ular di sakunya. Rupanya Bupati Brebes saat itu mengetahui kekuatan kulit ular emas tersebut dan memintanya namun Laksito menolak.
Untuk melindungi kulit ular itu, Laksito memutuskan untuk menelannya. Sehingga Laksito menjadi tidak terlihat oleh manusia selamanya.