radartegal.id- Tradisi di Tegal bernama Rebo Wekasan pada setiap hari Rabu terakhir di bulan Syafar pada kalender hijriyah. Masyarakat Tegal mempercayai tradisi ini agar menolak bala dan memohon keselamatan.
Tradisi ini turun-temurun dan menjadi bagian budaya dari masyarakat Tegal. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada hari Rabu ini berbeda dengan biasanya.
Masyarakat melakukan slametan dan berbagi makanan kepada tetangga-tetangganya berharap akan menolak bala keluarganya. Di balik tradisi ini menyimpan mitos dan sejarah yang harus diulik lebih dalam.
Berikut ulasan menarik terkait Rebo Wekasan di Tegal yang masih dilaksanakan hingga saat ini. Simak baik-baik artikel berikut hingga tuntas untuk mengetahui informasi selanjutnya.
BACA JUGA: Nyaris Punah, Ini Mitos Burung Kepodang Emas dan Tradisinya pada Masyarakat Jawa
Sejarah Rebo Wekasan
Masyarakat Jawa mempercayai bahwa pada bulan syafar merupakan bulan yang membawa malapetaka. Untuk menangkal bala tersebut masyarakat Tegal melaksanakan berbagai tradisi pada Rebo Wekasan.
Konon, tradisi ini berawal dari kisah Syekh Maghribi dan Mbah Tanjung Sari, dua penyebar agama Islam di Tegal. Mereka diyakini telah mengajarkan tradisi ini kepada masyarakat Tegal sebagai bentuk penangkal bala bencana.
Mitos Tradisi Rebo Wekasan
Dikenal dengan mitos yang mempercayai tentang “weton”, masyarakat Tegal mempercayai bahwa weton seseorang akan berpengaruh pada nasib seseorang. Untuk menangkalnya masyarakat akan membuat acara slametan dan biasanya memotong rambut pada hari Rabu Wekasan.
Tradisi ini juga dilakukan para pelajar di sekolahan dengan cara menukar jajan yang dibawanya dengan teman sekelasnya.Makanan yang dibagikan bermacam-macam seperti nasi kuning, ketan, bubur manis, buah-buahan ataupun makanan lainya.
BACA JUGA: 5 Tradisi Malam 1 Suro yang Unik dan Sakral di Jawa Tengah
BACA JUGA: 8 Kepercayaan Tradisional Jawa dengan Mitos Tertentu Sejak Berabad-abad Lamanya, Pasti Sering Dengar
Meskipun sekarang sudah memasuki zaman yang modern, tradisi ini tetap dilakukan untuk melestarikan budaya Jawa. Tradisi ini digunakan untuk mempererat tali persaudaraan antar tetangga dengan saling mendoakan satu sama lain dan berbagi makanan.