Kepada Radar Tegal, Mubarok menceritakan, ayahnya dulu tidak pernah menceritakan dari mana Kapten Ismail berasal. Namun, ayahnya menyebut Kapten Ismail sebagai anak buah kesayangannya.
“Kapten Ismail anak buah bapak saya yang paling disayang. Mungkin karena loyalitas dan kecerdasannya,” tutur Mubarok.
Hal yang Mubarok ingat, ayahnya juga bercerita memerintahkan Kapten Ismail untuk mengawal perjalanan seorang jenderal ke Jakarta, karena situasi Kota Tegal tidak aman, mengingat sudah diduduki Belanda. Setelah mendengar Kapten Ismail gugur di tangan Belanda, Kapten Muchsin marah besar. Dia mengerahkan dua ratusan pasukan untuk menggempur penjajah.
BACA JUGA: Sejarah Monumen Yos Sudarso di Tegal, Mengenang Gugurnya Pahlawan Dalam Pertempuran Laut Aru
BACA JUGA: Jejak Sejarah Monumen Yos Sudarso di Tegal, Simbol Kepahlawanan dan Semangat Maritim
“Dimanapun bertemu Belanda, pasukan ayah saya menembaki dengan membabi buta. Satu peleton Belanda dihabisi semua,” ucap Mubarok.
Kapten Ismail dan Tegal Berjuang
Saat ini, Kota Tegal hanya dapat mengenang perjuangan Kapten Ismail dari kesaksian pejuang sezaman Kapten Ismail, Sersan Achmad, yang dituangkan pada bukunya yang berjudul Tegal Berjuang.
Semasa Agresi Militer Belanda, dalam kesaksian Achmad, pejuang Republik terpencar ke beberapa daerah, Kapten Ismail berasal dari Laskar Hizbullah, laskar pejuang yang aktif selama masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Sosok Kapten Ismail tercatat memimpin Kompi yang disebut Kompi Ismail dari Sektor Ekpedisi Kabupaten Pemalang dengan keterangan berkedudukan di Comal.
Sosok Kompi Ismail merupakan bagian dari kekuatan Komando Wehrkreise IV meliputi Tegal, Brebes, dan Pemalang yang dikomandani Letkol Moch Susman. Pasca ditandatanganinya Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948, Belanda selalu melanggar perjanjian yang telah disepakati. Pimpinan Komando Wehrkreise IV menginstruksikan pejuang Republik melakukan perjalanan hijrah ke Banjarnegara.
Setelah dilakukan reorganisasi Angkatan Perang Republik Indonesia, sosok Kapten Ismail bergabung ke dalam Batalyon TNI 52 Brigade X/III yang dipimpin Komandan Mayor A Bakrin dengan Kepala Staf Kapten Muchsin. Kapten Ismail dipercaya sebagai Komandan Kompi I. Markas Batalyon TNI 52 Brigade X/III berkedudukan di Wonosobo.
Demikian informasi terkait sosok Kapten Ismail yang namanya abadi menjadi salah satu nama jalan di Kota Tegal. Semoga informasi ini bermanfaat.