Radartegal.id- Desa Jatinegara di Kabupaten Tegal dikenal dengan suasana pedesaan yang masih asri. Di tempat ini, sosok Mbah Bangsri dikenal sebagai sesepuh setempat.
Sosok Mbah Bangsri dikenal sebagai sosok bijak yang sampai sekarang masih dikenang. Petilasannya disebut-sebut berada di sekitar Pedukuhan Makamdawa, wilayah Desa Jatinegara Kecamatan Jatinegara.
Lantas siapakah sebenarnya sosok Mbah Bangsri yang dihormati oleh penduduk Desa Jatinegara? Berikut ulasan mengenai sesepuh itu.
Simak sampai selesai ulasan mengenai sosok Mbah Bangsri yang dikenal bijak di wilayah Jatinegara Kabupaten Tegal.
BACA JUGA: Didirikan Lebih dari 3 Abad Lalu, Klenteng Tek Hay Kiong Tegal Kini Jadi Pusat Kegiatan Tionghoa
BACA JUGA: 4 Tradisi Unik Masyarakat di Tegal, dari Moci Hingga Ritual Pernikahan
Mengenal Sosok Mbah Bangsri Sesepuh Desa Jatinegara
Desa Jatinegara yang berada di wilayah Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal terkenal dengan penduduknya yang ramah dan pemandangan hijau asri di setiap sudut pedesaannya. Rata-rata penduduk desa setempat memiliki mata pencaharian dan menggantungkan hidup pada hasil pertanian dan kebun.
Seiring dengan perubahan zaman, suasana pedesaan di Jatinegara masih tetap terjaga. Para penduduknya tampak hidup rukun dan guyup di tengah lingkungan yang asri dan sejuk.
Tidak hanya terkenal dengan pemandangannya yang indah dan udaranya yang sejuk, penduduk Desa Jatinegara ternyata masih menghormati sosok bijak yang sampai sekarang masih dikenang sebagai sesepuh desa. Sosok Mbah Bangsri menjadi salah satu panutan yang masih dikenal hingga sekarang.
Menurut penduduk Desa Jatinegara, sosok Mbah Bangsri adalah orang yang semasa hidupnya banyak memiliki barang kebutuhan hajatan. Barang tersebut berupa perabotan berupa gelas, piring, dandang, nampan, teko hingga perangkat gamelan.
BACA JUGA: 8 Rekomendasi Oleh-Oleh Khas Tegal, Wajib Cicipi Ketika Sedang Berkunjung ke Kota Bahari
BACA JUGA: Mitos Makam Tua Di Pasar Senggol Tegal, Ada Penampakan Sosok Ini
Warga setempat mempercayai barang-barang itu akan muncul kembali apabila ada masyarakat yang membutuhkan saat mereka menyelenggarakan hajatan. Hal ini sesuai ulasan mengenai hal ini yang dikutip dari Jurnal Tegal edisi 02/Th. Ke-I/1997.