RADAR TEGAL - Sedikitnya peminat kacang kedelai lokal membuat petani di Kabupaten Tegal kebanyakan enggan menanam kedelai. Mereka kapok karena hal tersebut.
Sebenarnya kacang kedelai memang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, kebutuhan kacang kedelai saat ini diimport.
Pada tahun 2022, importir kacang kedelai di Indonesia terbesar dari Amerika Serikat. Kacang kedelai dari luar negeri lebih besar dibanding dari lokal Indonesia.
"Kedelai lokal tidak laku. Sehingga petani kapok menanam kedelai," ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (KP Tan) Kabupaten Tegal Agus Sukoco melalui Kabid Pertanian Eka Agus Priyani.
BACA JUGA:Harga Kedelai Naik, Pedagang Tempe Semakin Galau
Menurutnya, sentra penghasil kacang kedelai di Kabupaten Tegal berada di dua kecamatan. Yakni di Kecamatan Adiwerna seluas sekitar 3 hektare dan Kecamatan Suradadi 6 hektare.
Pada pertengahan tahun 2023 ini, para petani di dua kecamatan itu mendapatkan bantuan benih kacang kedelai dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Bantuan itu berupa benih kedelai, untuk luas lahan 11 hektare. Benih itu dibagi untuk dua kecamatan," kata Eka, saat ditemui di kantornya, baru-baru ini.
Kala itu, lanjut Eka, para petani masih semangat. Mereka berharap hasil panen kacang kedelai bisa melimpah.
BACA JUGA:Harga Kedelai Tembus Rp14 Ribu Perkilo, Tingkat Penjualan Pedagang di Pemalang Merosot 50 Persen
Namun, setelah panen, hasilnya tidak sesuai harapan.
Di Kecamatan Adiwerna hasil panen hanya 2,1 ton kedelai. Sedangkan di Kecamatan Suradadi lebih parah. Hanya 1 ton.
Padahal, selama 3 bulan sejak awal tanam hingga panen, biayanya sangat tinggi. Biaya produksi hampir sama dengan tanam bawang putih.
Karena itulah, petani kacang kedelai di Kabupaten Tegal sekarang cenderung kapok. Mereka enggan menanam kacang kedelai karena hasilnya tidak memuaskan.
"Padahal bulan ini ada bantuan benih kedelai lagi untuk luas lahan 50 hektare. Tapi petani menolak. Mereka tidak mau menanam kedelai lagi," ujarnya. (adv)