RADAR TEGAL - Belasan ibu-ibu yang tergabung dalam Komunitas Runtah Tegal Laka-laka (Rutela) mampu menyulap sampah plastik dan lainnya menjadi komoditas yang memiliki nilai jual. Bahkan, produk mereka sudah ada yang diekspor ke dua negara.
Tertarik dengan pengolahan sampah plastik itu, Pertamina melalui CSRnya turut mendorong peningkatan kapasitas anggota Rutela. Itu, melalui pelatihan dan pemberian alat untuk produksi.
Bendahara Rutela Mufasiroh mengisahkan, komunitasnya telah ada sejak 2017 silam. Saat itu, terbentuk di Kelurahan Kraton Kecamatan Tegal Barat dengan anggota mencapai 23 orang.
"Namun, seiring berjalannya waktu dan karena kondisi, saat ini hanya menyisakan 12 orang. Saat ini juga sekretariatnya berada di Kelurahan Randugunting Kecamatan Tegal Selatan,"ungkapnya.
Baca Juga: Daur Ulang Sampah Plastik, 40 Kader di Kota Tegal Dilatih Ubah Non-PET Jadi Produk Bermanfaat
Menurut Mufasiroh, aktivitas anggota saat ini adalah mengolah sampah baik dari plastik, bungkus koran maupun bahan lain menjadi barang-barang yang memiliki nilai jual. Di antaranya, tas, dompet, miniatur, bros, gantungan kunci, dekorasi dan kreasi lainnya.
"Bahan yang kami olah antara lain limbah koran, kemasan, kantong kresek, kawat, rajut, pvc dan lainnya. Kemudian kita olah menjadi Tas, dompet miniatur, bros kalung dan lainnya,"tandasnya.
Hasil olahan sampah seperti plastik, kata Mufasiroh, kemudian dipasarkan melalui online, offline dan event-event tertentu. Saat ini, sudah ada produk yang diekspor ke beberapa negara, seperti Malaysia dan Polandia.
"Produk kita pasarkan secara online, offline dan event. Bahkan, Alhamdulillah sudah ada yang diekspor ke Polandia seperti frame kacamata dari koran bekas dan tas dari sampah plastik bungkus kemasan ke Malaysia,"jelasnya.
Baca Juga: Keren Nih! Pengelolaan Sampah Plastik dan Organik Dilakukan Mandiri, Desa Ini Tak Buang ke TPA
Mufasiroh mengatakan produk yang dihasilkan dijual dengan harga antara Rp15-500 ribu, sesuai dengan ukurannya. Sedangkan untuk proses pembuatan, juga tergantung besar kecilnya produk.
"Kita produksi sesuai pesanan, karena ini bukan kebutuhan sehari-hari. Prosesnya juga menyesuaikan produk, yang paling sulit seperti tikar ini bisa sampai sebulan,"tandasnya.
Mufasiroh menambahkan, sudah 3 tahun terakhir ini mendapatkan pendampingan dari Pertamina melalui CSR. Itu, berupa pemberian alat dan pelatihan-pelatihan.
"Ada pemberian alat untuk pengolahan sampah dan pelatihan-pelatihan. Pelatihan meliputi, pemasaran, keuangan, pembuatan video dan foto,"tandasnya.
Baca Juga: Keren! SMP Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal Daur Ulang Sampah Plastik Jadi Kostum Cantik