Jumlah pembuatan piring ini sangat terbatas. Sama halnya seperti jimat keraton terdiri atas pusaka-pusaka, seperti keris, kujang, dan tombak.
Panjang diisi makanan dengan unsur terpenting berupa nasi. Beras yang dipakai tidak boleh ditumbuk. Namun satu persatu kulit gabahnya dikupas oleh ibu-ibu dari kalangan keraton, kemudian dicuci dan ditanak.
Panjang berisi makanan, selanjutnya dibungkus dengan kain tenun bercorak tuluwatu kluwungan atau bangun tulak. Pada hari pencucian Panjang Jimat dan Kereta Pusaka dari keraton, warga datang beramai-ramai untuk menampung dan mengambil air cucian.
Menurut kepercayaan, air cucian tersebut mengandung khasiat rejeki dan penyembuhan. Pada tanggal 12 Maulud, tepat pukul 21.00, semua pusaka keraton dibawa keluar dari Bangsal Panembahan Keraton.
BACA JUGA:Fakta Unik Masjid Jami’ Menggoro Tembarak, Peninggalan Sunan Kalijaga dan Tradisi Jumat Pahingan
Setelah dilakukan doa dan upacara, pusaka-pusaka tersebut diusung oleh kaum kerabat keraton ke Langgar keraton. Selesai dilakukan sembahyang, saat tengah malam dilakukan pembagian makanan kepada kerabat keraton dan warga.
Kemudian panjang-panjang dan semua pusaka dibawa kembali kedalam keraton. Acara Maulud ini dimanfaatkan betul-betul oleh warga untuk berkunjung kepada Sultan serta menerima berkahnya. ***
Berita ini sudah tayang di Radarcirebon.disway.id dengan judul:
Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Kacirebonan Gelar Upacara Panjang Jimat