Kemudian mereka melihat langsung bagamana proses pengolahannya hingga menjadi kopi yang memiliki cita rasa khas.
Dari keterangan para turis yang datang, sambung Waris, mereka kagum dengan pertanian kopi di lereng Gunung Slamet, khususnya di Desa Penakir.
Terlebih petani mampu mengolah sendiri secara manual, tanpa peralatan lengkap seperti perusahaan besar.
Yang membuat mereka lebih kagum lagi, cita rasa yang dihasilkan tidak kalah dengan kopi yang diproduksi dengan cara modern.
"Kopi yang kami produksi merupakan kopi murni, tanpa tambahan apapun sehingga kualitasnya terjamin," tambah Waris.
Di Desa Penakir, jelas Waris lagi, para petani menjual kopi ke tempat pengolahan yang dikelola oleh kelompok tani.
BACA JUGA:Rembuk Stunting Desa Badak Pemalang, Ini Sejumlah Poin yang Dihasilkan
BACA JUGA:Diduga Korban Pembunuhan, Mayat Berseragam Pramuka di Pemalang Ternyata Bukan Pelajar
Kemudian dipasarkan secara luas, baik online ataupun offline.
Sementara itu, seorang pelanggan kopi Penakir Ferdi mengatakan, dengan datangnya turis mancanegara ke pengolahan kopi Penakir, membuktikan bahwa perkembangan kopi lereng Gunung Slamet makin bagus.
"Rasanya khas aroma kuat, dan banyak varian rasa, baik Arabika maupun Robusta," ucap Ferdi. *