3 Fakta Menarik Candi Jago, Salah Satunya Penuh Corak Hindu-Budha

Jumat 18-08-2023,22:00 WIB
Reporter : Ailsa Zevaulima Dilivia
Editor : Ailsa Zevaulima Dilivia

RADAR TEGAL - Candi Jago merupakan peninggalan bersejarah dari Kerajaan Singhasari, tepatnya di era berakhirnya vendetta berdarah Tumapel. Sebagai salah satu candi era Singhasari-Majapahit, corak Hindu-Budha umum ditemui di sini.

Karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai relief-relief Candi Jago dari kisah corak agama Hindu dan Buddha. Ternyata, ada satu benang merah yang menghubungkan semua relief tersebut, yakni pengaruh tantra. 

BACA JUGA:3 Relief Candi Jago Konon Jadi Bukti Tertua Keberadaan Semar, Benarkah?

Tantra sendiri merupakan sinkretisme Siwaisme dengan Buddhisme, terutama setelah Hindu mendapat pengaruh aliran Tantrayana dalam Buddha Mahayana. Selain itu, Candi Jago juga dinilai sakral karena menghadap lurus Gunung Semeru. 

Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal salah satu candi yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 3 fakta menarik Candi Jago.

BACA JUGA:Gudangnya Fabel Leluhur, Inilah 8 Kisah Tantri di Relief Candi Jago

3 Fakta menarik Candi Jago

1. Pendharmaan Wisnuwardhana dalam dua corak agama

Dalam Prasasti Mula Malurung (1255 M), tercatat peristiwa geger Tohjaya. Di Pararaton, Tohjaya berusaha membunuh keponakannya, yakni Ranggawuni, putra Anusapati dan Mahesa Cempaka, cucu Ken Arok. 

Untungnya, kedua  pangeran dari trah berbeda itu  selamat dan melawan balik Tohjaya. Mereka pun  sepakat untuk menyudahi vendetta berdarah di Tumapel. 

Pararaton mencatat, Ranggawuni menjadi maharaja Tumapel dengan gelar Bathara Wisnuwardhana (1246 - 1266), sedangkan Mahesa Cempaka menjadi ratu angabhaya bergelar Bathara Narasimhamurti (1246 - 1270).

Negarakertagama (1365 M) bahkan memuji, mereka seakur Dewa Indra dan Dewa Madawa. Di era inilah, nama ibu kota yang dulunya Kutaraja diubah menjadi Singhasari, yang menjadi nama kerajaannya.

Setelah 18 tahun berkuasa, Wisnuwardhana meninggal dan dicandikan di dua tempat. Pertama, sebagai Siwa di Waleri, diduga kuat Candi Mleri.

Kedua, sebagai Buddha di Jajaghu, yang kini dikenal sebagai Candi Jago. Meski candi ini era Singhasari, di zaman Majapahit, masih dijaga dengan baik.

Prasasti Manjusri (1343 M) mencatat, semasa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi, candi ini direnovasi Adityawarman, yang masih sekerabat dengannya.

Kategori :