RADAR TEGAL - Indahnya Goa Kreo Semarang bikin siapa saja yang pergi ke tempat ini akan merasa terpesona. Rupanya tempat ini merupakan wisata yang ada di Semarang.
Memiliki sebutan negeri di atas awan, goa ini juga menyimpan banyak misteri yang patut untuk dikuak. Asal mulanya Goa Kreo Semarang merupakan tempat pertapaan salah satu tokoh walisongo.
Sekalipun sekarang jauh dari kesan yang mengerikan dari segi tampilan dan penyajian kawasan wisatanya, goa di Semarang ini justru memiliki aktivitas dan fasilitas yang terbilang unik.
Sesekali atau saat hasil bumi melimpah, masyarakat sekitar Kreo akan melangsungkan acara tradisional berupa Rewanda. Acara ini bentuk dari hasil rasa syukur dan mengasihi makhluk hidup, dengan memberikan hasil bumi atau berupa makanan manusia untuk para kera ekor panjang.
Namun, pastikan Anda tidak ikut mengambil makanan tersebut. Sebab, ini sangat dilarang untuk dilakukan, dan apabila dilanggar bisa berakibat fatal. Anda harus menghargai dan menghormati setiap bentuk dari tradisi yang dilakukan di Goa Kreo.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Desa Rembul Randudongkal Pemalang, Awalnya Hutan Belantara tanpa Kehidupan
Mitos Goa Kreo Semarang
Ada banyak cerita yang beredar dari masyarakat lokal Semarang mengenai Goa yang dihuni oleh kera jenis ekor panjang. Dahulu sekali di zaman Sunan Kalijaga saat ingin menebang kayu jati yang akan dipergunakan untuk membangun Masjid Agung di Demak.
Sayangnya, kayu jati yang ditebang justru berpindah-pindah, dan ini yang menyebabkan Sunan Kalijaga harus melakukan persemedian demi mengetahui letak kayu jati yang mendadak berpindah tersebut.
Mitosnya, Sunan Kalijaga melakukan semedi di dalam sebuah Goa yang diperkirakan Kreo adalah tempatnya. Setelah mendapatkan petunjuk dari letak kayu yang berpindah tersebut, maka perjalanan pun dilanjutkan.
Saat di tengah perjalanannya untuk menemukan jati yang dapat berpindah, Sunan Kalijaga dihalang oleh sekelompok orang jahat, dan mengharuskannya untuk melakukan pertarungan.
Kemenangan pun membawa Sunan Kalijaga kembali bertemu dengan kayu jati yang hendak dibawanya ke Demak. Lalu, dililitkannya batang jati dengan selendang agar tidak lagi berpindah, dan kemudian dialiri melalui sungai.
Sayangnya, batang kayu jati yang begitu besar justru tersangkut dan sulit untuk kembali dialirkan agar segera sampai ke Demak. Kesulitan Sunan Kalijaga pun teratasi saat 4 ekor kera ekor panjang dengan warna yang berbeda membantunya.
Batang kayu jati yang hendak digunakan untuk membangun Masjid Agung pun terlepas dan diputuskan untuk dibelah menjadi 2. Sekawanan kera yang setia tersebut menawarkan diri untuk ikut Sunan Kalijaga.
Namun, tawaran itu ditolak lantaran mereka bukanlah manusia, dan sebagai rasa terima kasih atas bantuan para kera tersebut. Sunan Kalijaga memberikan kawasan hutan di Goa Kreo sebagai tempat tinggal 4 ekor kera berwarna merah, hitam, kuning, dan putih.
Masyarakat sekitar Semarang meyakini bahwa kera ekor panjang yang hidup hingga saat ini merupakan keturunan dari 4 ekor kera yang setia di zaman Sunan Kalijaga.