Wasiat sang putri
Siti Khotijah sudah merasa bahwa dirinya akan dibunuh, ia pun membuat wasiat kepada semua orang kala itu, termasuk sang Ayah.
Dalam wasiatnya ia mengatakan agar ia jangan dibunuh menggunakan senjata tajam, sebab tidak akan mempan padanya.
Ia meminta agar dirinya ditusuk dengan cucuk konde yang sudah disatukan dengan daun sirih dan diikat benang Tridatu (benang berwarna hitam, putih, dan merah).
BACA JUGA : Kisah Pelarian Raden Wirodanu dan Pangeran Pekik dari Kejaran Belanda, Ini Nama Desa Peninggalannya
Kemudian, ia meminta agar cucuk itu ditusukan ke dadanya di sebelah kiri. Jika ia meninggal dan tubuhnya mengeluarkan asap beraroma busuk, ia meminta agar sang patih membiarkan mayatnya ditanam sembarangan.
Namun, jika tubuhnya mengeluarkan asap beraroma wangi, ia meminta agar dibuatkan tempat suci berbadan keramat.
Ternyata, setelah Siti Khotijah meninggal, tubuhnya mengeluarkan aroma yang wangi semerbak. Hal ini membuat sang Ayah menyesal karena tidak mempercayai ucapan putrinya.
Akhirnya, sang Ayah dan pihak kerajaan pun membuatkan makam khusus atau tempat suci sebagaimana yang diminta sang putri tersebut.
Demikian kisah putri Raja Bali yang masuk Islam dan harus meregang nyawa di tangan Ayahnya sendiri, akibat kesalahpahaman ibadah yang ia jalankan.
Makam keramat Raden Ayu Siti Khodijah alias Gusti Ayu Made Rai Pemecutan ini berlokasi di Jalan Gunung Batukaru, Pemecutan, Denpasar Barat.
Tepat di makamnya, tumbuh sebuah pohon besar yang bahkan tidak bisa dicabut oleh siapapun. Hingga kini makamnya masih sangat dihormati oleh umat muslim dan juga Hindu. (*)