RADAR TEGAL - Masih penasaran dengan cerita sejarah terputusnya Pulau Jawa dan Bali? Tenang, kali ini redaksi sampaikan bagian 5 cerita sejarah yang menarik untuk diketahui tersebut.
Tanpa panjang lebar, langsung saja ikuti cerita sejarah terputusnya Pulau Jawa dan Bali bagian kelima berikut:
Diakhir cerita bagian keempat disebutkan bahwa,melihat Nagaraja Besukih, segera Ida sang Bang Manik Angkeran menyembah. Kemudian dia berkata,“Singgih paduka Sanghyang, hamba bernama Sang Bang Manik Angkeran. Hamba mengikuti jalan Ayahanda hamba, menghaturkan sarinya susu lembu ke hadapan paduka Sanghyang."
Mendengar perkataan Ida Sang Bang Manik Angkeran, Nagaraja Basukih sangat senang. Lalu diminumlah susu itu, setelah berganti rupa menjadi ular naga besar berwibawa.
Setelah meminum susu itu, Nagaraja Besukih berkata kepada Ida Bang Manik Angkeran, “Sang Bang, sekarang apa yang kamu inginkan, apapun yang ananda minta akan kuberikan.”
BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 1: Mpu Bekung, Anak Mpu Tantular Jelmaan Dewa Brahma
“Singgih paduka Bhatara, hamba bermaksud untuk memohon modal, nista sekali hamba berjudi, selalu kalah setiap hari,“ jawab Ida Bang Manik Angkeran.
Mendengar jawaban itu, kemudian Nagaraja Basukih mengambil emas yang bersarnya seukuran buah kelapa lalu diberikan kepada Ida Sang Bang Manik Angkeran.
“Ambillah emas ini, segera ananda pulang, poma, poma,” kata Nagaraja Besukih.
Setelah mengambil emas itu, Sang Bang Manik Angkeran memohon pamit dan kembali ke rumah di Griya Daha. Setibanya di rumah dia hanya menyimpan genta milik ayahnya dan kembali pergi untuk bermain judi.
Namun malang, tidak sampai satu bulan, modal Sang Bang Manik Angkeran kembali habis. Dia pun mencoba mencari modal dengan berhutang di arena perjudian. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil, tidak satupun orang yang mau memberi pinjaman.
BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 2: Anak Mpu Bekung Jadi Raja Judi
Karena itu, Ida Sang Bang Manik Angkeran kembali mengambil genta milik ayahnya dan mencari sarinya susu lembu lalu segera menuju Tohlangkir.
Pada kedatangannya di Tohlangkir kali kedua ini, Ida Sang Bang Manik Angkeran juga membawa sebilah pedang yang bernama Ki Gepang.
Di Tohlangkir, dia langsung duduk seperti yang dilakukan sebelumnya, mengheningkan cipta, memuja Dewa, serta membunyikan genta sakti milik ayahnya.