RADAR TEGAL - Candi yang raib ditelan bumi Kediri ini ternyata dulu sempat diteliti dan terlupakan hingga muncul kembali ke permukaan bersamaan dengan Candi Tondowongso. Situs ini bernama Candi Gurah.
Candi Gurah pertama kali ditemukan pada 1957. Namun, setelah penelitian 1959, candi ini ditimbun kembali dan berubah menjadi pemukiman warga karena kurangnya penanganan lanjutan.
BACA JUGA:Konon Petilasan Ratu Teluh, Ini 4 Fakta Menarik Candi Calon Arang
Candi Gurah baru ditemukan kembali bertepatan dengan penemuan Situs Tondowongso pada 2007. Kedekatan jarak mereka yang sekitar 200 m tersebut mengindikasikan bahwa keduanya adalah satu kompleks percandian yang cukup luas.
Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal salah satu candi yang terkenal di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 3 fakta Candi Gurah yang sempat raib tertutup tanah dan muncul kembali.
BACA JUGA:Konon Kota Kuno yang Hilang, Ini 4 Fakta Menarik Candi Tondowongso
3 Fakta situs Candi Gurah
1. Arca panteon Hindu dan inskripsi misterius
Dalam penelitian arkeolog Soekmono, ditemukan pondasi dari 1 candi induk dan 3 pengiring serta beberapa arca seperti Dewa Brahma, Surya, Candra, dan Nandini, yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Semuanya merupakan arca panteon Hindu.
Menariknya, ada inskripsi bertuliskan "pavagata" yang bentuk tulisannya mirip dengan prasasti dari abad 11 - 12 M, sekitar era Kerajaan Panjalu atau Kediri. Meskipun begitu, hingga kini belum diketahui arti dari inskripsi tersebut.
BACA JUGA:Konon Portal ke Majapahit, Ini 5 Fakta Menarik Candi Lawang
2. Arca yang sama seperti di Tondowongso
Tidak hanya berdekatan jaraknya, arca-arca di candi ini juga sangat mirip dengan yang ada di situs Tondowongso. Itu sebabnya, dua tempat ini diduga masih berkaitan.
Meski berada di Jawa Timur, arca-arca Gurah asalnya bukan dari masa Singasari maupun Majapahit. Hal ini karena biasanya arca Singasari dan Majapahit sama-sama dikawal teratai di masing-masing sisinya.
Pada arca Singasari, teratai itu tumbuh dari bonggolnya, sedangkan pada arca Majapahit, teratainya menyembul dari dalam vas. Penanda lain yang juga penting menurut N.J. Krom (1883 - 1945) adalah adanya pita yang berkibaran.