Keraton Kerajaan Mataram Islam Pindah Kelima Kali, Geger Pecinan Keraton Pindah Ke Keraton Solo

Jumat 04-08-2023,21:43 WIB
Reporter : Suryatiningsih
Editor : Suryatiningsih

RADARTEGAL.DISWAY.ID -Kerajaan di tanah Jawa populer salah  satunya Kerajaan Mataram Islam  bernama Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkuasa selama 93 tahun dari 1588-1681 yang  dipimpin Panembahan Senopati sampai masa kejayaan Raja Sultan Agung berakhir  Amangkurat

Keraton Mataram Islam Pindah-Pindah Lokasi

Hal menarik dari   perjalanan sejarah Kerajaan Mataram Islam selalu berpindah-pindah lokasi ibukota kerajaan. Keraton pertama di   Kotagede kemudian pindah ke   Karta dan   keraton   ketiga geser lokasi di   Pleret.Selanjutnya   keraton   keempat di Kartasura dan berakhir   Keraton Sala atau Surakarta.

Selama berkuasa 93   tahun keraton maupun ibukota   lokasinya   tidak menetap dalam suatu wilayah.   Bukan tanpa alasan peristiwa   ini terjadi, tetapi lantaran kerap muncul perebutan kekuasaan. Perebutan kekuasaan di kalangan intern   keraton terus berkepanjangan dan tidak ada yang mau mengalah.  

Kedua pihak berseteru saling klaim serta merasa   paling benar dampaknya luar biasa keraton ikut   bergeser sehingga tidak   heran bekas keraton Kerajaan Mataram dijumpai sejumlah tempat   di wilayah Yogyakarta   sampai Surakarta

Keraton   Kotagede   Yogyakarta

Keraton Kerajaan Mataram Islam pertama   yaitu Keraton Kotagede Yogyakarta   dibangun masa kejayaan sekaligus sebagai ibukota   kerajaan.   Terletak di Kecamatan Kotaede   Kota Yogyakarta dibangun pada masa Pangeran Hadiwijaya.  Kotagede sebagai ibukota Mataram Islam berdiri   1532 M kemudian mengalami kemajuan besar setelah   diperintah Panembahan Senapati.

Pada era Senapati, tata kota Kotagede dibuat konsep Catur Gatra, yaitu   rumah raja, pasar,alun-alun dan masjid.  Kini, Keraton dan ibukota kerajaan Mataram   Islam di Kotagede   tinggal kenangan yang ditemukan sekarang hanya Masjid Ageng dan Pasar   Kotagede. Sementara rumah raja tinggal kedathon, sedangkan keraton Kotagede menyisakan reruntuhan benteng.

Pasar Kotagede yang sekarang menjadi pusat ekonomi     dari   zaman kerajaan Mataram Islam hingga   kini.   Kemudian akses   menuju pasar Kotagede   terhubung 3 akses jalan yaitu Jalan Mondarakan,   Jalan Kemasan   dan Jalan Karang Lo.

Keraton Kerto Di Plered Bantul

Keraton Kerajaan Mataram Islam   yang   kedua keraton Kerto di Plered Bantul yang berlokasi di Desa Kerto, Kecamatan Plered. Bergesernya keraton Kerajaan Mataram Islam terjadi 1613-1645   berjarak   5   kilometer   selatan dari   istana Kotagede.

Pembangunan istana   Plered dilakukan oleh Sultan Agung   yang berkuasa saat itu. Sepeninggal   Sultan Agung,   raja   Mataram selanjutnya Raden Mas   Sayidin bergelar Amangkurat I kemudian sejak itu keraton dipindah ke Plered, Bantul.

Dinamakan Plered lantaran terdapat plered atau bendungan   membendung   Sungai Opak hingga muncul danau. Bangunan Keraton Kerta terbuat   dari batu bata kemudian dikelilingi tembok dan sekitarnya didirikan masjid   dan alun-alun

Kini, Bangunan Keraton Plered    rata   dengan tanah   dampak serangan   Trunajaya   atas sikap Amangkurat I bersekutu dengan Belanda. Sisa keraton tinggal umpak batu sebagai soko guru bangunan   kemudian jejak   peninggalan lainnya masih ada yakni masjid   agung Plered, makam   kuno dan pasar Plered.

Keraton Kartasura

Setelah   Keraton   Plered kemudian menggeser lokasi keraton ke Kartasura   tahun 1680-1745 yang didirikan oleh   Amangkurat II. Perpindahan terjadi karena masalah intern Pangeran Puger menduduki Keraton Plered efek dari pemberontakan Trunajaya.

Namun, akhirnya dari peristiwa ini Pangeran Puger bisa dibujuk   bergabung ke Kartasura   mengakui kedaulatan kakaknya sebagai Amangkurat II. Kehancuran Keraton Kartasura bermula dari perisiwa Geger Pecinan dan perubahan sikap Pakubuwana II terhadap para pemberontak   Thionghoa.

Hal inilah memicu pemberontakan kemudian   kekuatan pasukan pemberontak yang kuat membuat pertahanan pasukan Kartusura   lemah. Berakhir kehancuran Keraton Kertasura kemudian kampung-kampung sekitar keraton hancur rata dengan tanah.  Kini, bekas keraton Kartasura hanya meninggal benteng keraton yang tidak utuh lagi. Kemudian kawasan itu   masuk ke Kabupaten Sukoharjo yang kemudian lokasi keraton Kartasura disebut Kecamatan Kartasura.                  

Keraton Kartasekar

Keraton Kerajaan Mataram Islam   yang   kedua adalah Keraton Karta yang dibangun oleh   Sultan Agung tahun 1613.   Menurut cerita sejarah bangunan keraton ini digunakan tahun 1618-1645    yang saat   itu dimanfaatkan oleh Sultan Agung ketika berusaha berpisah   dari Keraton Kotagede

Dikisahkan, Sultan Agung memindahkan keraton dari   Kotagede ke Keraton Karta pada tahun 1618.   Babad Momana dan Babad Ing Sengkala   menceritakan secara detail kisah Sultan Agung menggeser dari Kotagede   ke   Karta.  Pada perkembangannya   Keraton Karta dibangun kembali oleh Pangeran Balitar   salah satu putera Pakuhuwana I.   Keraton Kartasekar   dibangun untuk   dijadikan keraton tandingan   dari Keraton Kartasura yang   diduduki Amangkurat IV.

Sejak itu, Pangeran Balitar   mengangkat diri sebagai Raja Mataram   bergelar Sultan Ibnu Mustafa Pakubuwana. Dari peristiwa ini Mataram terbagi dua Amangkurat IV di Kartasura   dan Pangeran Balitar di   Kartasekar  Namun, akhirnya kedua kubu saling perang, pasukan Amungkarat IV menyerbu Keraton Kartasekar tahun 1720 kemudian Kartasekar runtuh akibat serbuan tersebut.

Munculnya Keraton Solo

Geger Pecinan yang   terjadi pada masa pemerintahan   Mataram Islam di Kartasura berdampak   besar terhadap kelangsungan Mataram   Islam. Gara peristiwa ini berlangsung tahun 1745 Mataram Islam pindah   keraton untuk kelima kalinya.

Keraton Kartasura merupakan keraton keempat Kerajaan Mataram   Islam kemudian akibat masalah internal muncul Geger Pecinan tahun 1740 efek   dari pemberontakan   dengan etnis Thionghoa.  Peristiwa Geger Pecinan makin   memanas sesudah Pakubuwono II lebih bergabung dengan   kubu VOC. Melihat hal itu gabungan pasukan Jawa dan Thionghoa menyerbu Keraton Kartasura kemudian Pakubuwana II lari   ke Ponorogo.

Pakubuwono II merasa tidak   aman tinggal di Keraton Kartasura yang penuh   noda darah dan porak poranda. Ia memutuskan membangun ibukota baru Mataram Islam di Desa Sala yang kemudian dikenal nama Surakarta.  Semenjak itulah,  Keraton Kasunan Surakarta   Hadiningrat berdiri tahun 1745. Berdirinya   Keraton Solo membuat Keraton Kartasura ditinggalkan penghuninya untuk selama-lamanya dan tidak   pernah ditempati lagi.*

 

Kategori :