RADAR TEGAL – Legenda terbentuknya Selat Bali tidak terlepas dari mitos yang beredar di masyarakat sejak berpuluh tahun lamanya. Selat Bali ini merupakan laut kecil yang memisahkan Pulau Bali dan Pulau Jawa.
Mitos tentang Selat Bali ini berdasarkan cerita rakyat merupakan hasil perbuatan dari Manik Angkeran, yaitu seorang tokoh yang gila judi dan harta. Ada juga teori menurut ahli Geologi yang mengatakan Selat Bali terbentuk akibat aktivitas gunung api di timur Pulau Jawa.
Untuk informasi selengkapnya, kali ini radartegal.disway.id akan membahas legenda dan mitos tentang Selat Bali. Pembahasan berikut ini melansir dari kanal YouTube Berbagi Tahu pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Legenda awal mula terbentuknya Selat Bali
Masyarakat Bali percaya akan legenda terciptanya Selat Bali karena seorang anak bernama Manik Angkeran.
Dulu di kerajaan Daha ada seorang Brahmana terkenal bernama Sidi Mantra. Ia memiliki istri yang cantik serta harta benda yang berharga, yang merupakan hadiah dari Sanghyang Widya dan Batara Guru.
Dari pernikahannya bertahun-tahun kemudian, mereka akhirnya memiliki seorang anak laki-laki bernama Manik Angkeran.
Manik merupakan anak yang gagah, namun sayang sangat suka berjudi. Ia seringkali menghabiskan harta benda orangtuanya hingga membuat hutang yang banyak dimana-mana.
BACA JUGA : Kuburan Seorang Nenek Sakti di Klungkung Bali Jadi Tempat Memohon Pengobatan, Begini Sejarahnya
Akhirnya Manik meminta tolong Ayahnya untuk membayar hutangnya dan disini awal mula legenda dan mitos Selat Bali bermula.
Brahmana Sidi Mantra meminta bantuan dewa dengan cara berpuasa dan berdoa. Kemudian, tidak lama setelah itu ia mendapat petunjuk untuk pergi ke kawah Gunung Agung.
Disebutkan bahwa di sana ia bisa memperoleh seekor naga yang memiliki harta karun. Tentu saja perjalanan Sidi Mantra tidak mudah hingga sampai ke yepo kawah Gunung Agung.
Singkat cerita, saat sampai ia duduk bersila dan memanggil Naga Besukih tersebut dan sang naga mau menolong Sidi Brahmana, dengan memberikan sedikit emas dan intan.
Mendapatkan emas dan intan tersebut, Sidi berharap agar Manik bisa melunasi semua hutangnya dan memulai usaha yang baik.
Sayangnya, Manik masih tetap tamak dan terus berjudi hingga harta itupun habis. Melihat kejadian tersebut, Sidi tidak mau lagi menolong sang anak.