RADAR TEGAL - Minimnya debit air irigasi dampak musim kemarau dan el nino membuat petani padi di Kabupaten Pekalongan kerja ekstra.
Mereka rela begadang untuk ronda 24 jam hanya untuk mendapatkan air untuk mengairi sawahnya.
Hal itu terpaksa mereka lakukan lantaran saat ini sudah mulai berebut untuk mendapatkan air.
"Kalau sawah ndak dijaga ya ndak uman air wong petani sudah saling berebut untuk bisa mengaliri sawahnya. Saya sawah dua kotak saja ronda tiga malam tidak tidur di sawah. Kalau tidur, air yang saya alirkan ke sawah saya akan direbut petani lainnya," ungkap Fajril Saputra, 38, petani dari Desa Kalimojosari, Kecamatan Doro.
Menurutnya, jika sampai kekeringan, tanaman padi miliknya akan terancam puso.
BACA JUGA:Debit Air Daerah Irigasi Sragi Pekalongan Turun Jadi 700 Liter Per Detik, Petugas Kesulitan Bagi Air
"Sawah lagi mratak masih butuh banyak air, tapi musim kemarau ini membuat debit air kecil sekali. Tidak cukup mengairi lahan persawahan yang ada," ungkap dia.
Lebih jauh Fajril mengatakan, selain karena kemarau, debit air irigasi yang sampai ke sawah turun lantaran banyak senderan-senderan irigasi yang rusak.
Akibatnya air banyak yang rembes atau hilang tidak sampai ke area persawahan.
"Ya harus ngalahi mencari air kalau malam hari, agar sawah bisa dialiri. Semoga selalu sehat dan hasil panennya nanti bagus," kata dia sebagaimana dilansir Radar Pekalongan.
Fajril membeberkan, dia membuat kelompok kecil bersama petani lainnya untuk bisa mendapatkan air.
BACA JUGA:Sasar Rumah dengan Pintu Terbuka, Komplotan Pencuri di Pekalongan Akhirnya Tertangkap
Kelompok kecil ini akan menyusuri irigasi hingga ke sumber utama di atas wilayah Tapak Menjangan, tepatnya di Wiyono di atas Desa Dororejo.
Mereka erangkat sejak pukul 17.00 WIB dan Azan Subuh baru pulang ke rumah. Bahkan, terkadang pukul 07.00 WIB baru bisa pulang ke rumah agar air cukup mengairi sawah.
"Semalaman di sawah ya tidak tidur. Jika tidur, air yang dialirkan ke sawah kita akan dibobol petani lainnya untuk dialirkan ke sawah mereka," kata dia.