Kriuk Renyah yang Lezat: Menelusuri Sejarah dan Fakta Unik Kerupuk di Indonesia

Jumat 21-07-2023,21:57 WIB
Reporter : Mustika Wulan Sari
Editor : Mustika Wulan Sari

RADAR TEGAL – Kerupuk merupakan salah satu makanan pendamping yang disukai hampir semua orang di Indonesia. Rasanya yang gurih dan renyah membuat kerupuk menjadi menu yang selalu ada di meja makan.

Bagi orang Indonesia kerupuk seperti pelengkap hidup yang wajib selalu ada. Namun, pernakah terpikir tentang bagaimana awal mula sejarah kerupuk di Indonesia? Mari simak artikel ini sampai tuntas ya.

BACA JUGA:Nikmatnya Kupat Glabed Kuliner Khas Tegal, Bikin Susah Move on

Sejarah dan fakta unik kerupuk di Indonesia

Awal mula keberadaan kerupuk

Sejarah kerupuk dapat ditelusuri jejaknya di Pulau Jawa sejak abad ke-9 masehi. Makanan renyah ini ditemukan jejaknya pada prasasti Batu Pura, dan tertulis kerupuk dari kulit sapi atau kerbau.

Hingga saat ini kerupuk yang terbuat dari kulit tersebut masih eksis, kita mengenalnya sebagai kerupuk rambak. Kerupuk ini juga yang menjadi bahan utama dari hidangan krecek.

Kerupuk pada perkembangannya terus menyebar ke wilayah lain seperti pesisir Kalimantan, Sumatra, sampai ke Semenanjung Melayu.

Pada catatan milik Abdul Kadir Munsyi, disebut bahwa keropok sampai ke Malaysia. Orang Melayu memanfaatkan hasil laut seperti ikan dan udang untuk diolah menjadi kerupuk.

Pada masa kolonialisme, kerupuk juga sangat digemari sebagai pelenggap hidangan Nusantara harus ada. Orang-orang Eropa saat itu juga menyukai makanan gurih dan renyah ini.

BACA JUGA:Nikmatnya Serabi Miring Khas Tegal, Kuliner Langka yang Ternyata Mudah Untuk Dibuat

Kerupuk semakin berkembang jenisnya

Saat ini kita mengenal berbagai jenis kerupuk yang memiliki bahan berbeda-beda. Pada awalnya, kerupuk berbahan dari kulit sapi atau kerbau.

Kerupuk rambak juga menjadi makanan tertua yang sudah dikonsumsi orang di Nusantara. Namun, seiring berkembangnya zaman, kerupuk menjadi popular dan orang-orang memanfaatkan bahan sekitarnya.

Misalnya pada abad ke-19 di mana Pulau Jawa memiliki hasil panen singkong berlebih. Dari sini, terciptalah kerupuk aci berwarna putih dan berbentuk bulat , persis seperti kerupuk yang kita kenal saat ini.

Tak hanya itu, kerupuk di abad ke-19 menjadi simbol keprihatinan sebab menjadi satu-satunya makanan untuk bertahan.  Keberlimpahan singkong dimanfaatkan untuk dibuat tepung, lalu diolah menjadi kerupuk. Saat masa perang dan tanam paksa, masyarakat Indonesia terbiasa menyantap hidangan nasi bersama kerupuk.

BACA JUGA:Nikmatnya Serabi Miring Khas Tegal, Kuliner Langka yang Ternyata Mudah Untuk Dibuat

Kerupuk pembeda “kasta”

Setelah berkembangnya berbagai jenis kerupuk di Indonesia, kerupuk juga dapat menjadi simbol kelas sosial. Misalnya, kerupuk rambak menjadi makanan kasta tinggi karena sering dikonsumsi oleh masyarakat Hindia Belanda kalangan atas.  

Di kerajaan pada masa itu, kerupuk rambak menjadi hidangan pelengkap saat makan yang selalu ada. Untuk jenis kerupuk aci, biasanya masyarakat kalangan bawah yang mengkonsumsi makanan kriuk renyah ini.

Pengusaha kerupuk pertama

Pada tahun 1930, pengusaha bernama Sahidin dan Sukarma yang berasal dari Tasikmalaya membuka pabrik kerupuk sendiri di Jalan Kopo Depan, Bandung.

Pabrik mereka sangat terkenal dan dapat dikatakan menjadi pelopor pabrik-pabrik kerupuk selanjutnya. Hal ini terbukti pada pabrik kerupuk yang didirikan oleh buruh-buruh pabrik yang bekerja dengan Sahidin dan Sukarma.

Bahkan tercatat ada 250 pengusaha kerupuk di Bandung yang dahulunya adalah pekerja pabrik milik Sahidin dan Sukarma. Adanya hal ini membuktikan bahwa kerupuk adalah usaha yang menghasilkan.

BACA JUGA:Kenapa Kuliner Khas Tegal Ini Bernama Glotak? Begini Sejarahnya

Kerupuk ternyata bukan hanya makanan pendamping, tetapi sebuah kuliner melegenda yang memiliki tempat di hati orang Indonesia.

Saat ini semua orang dapat menikmati berbagai jenis kerupuk tanpa embel-embel tingkat sosial. Nah, kira-kira jenis kerupuk apa yang jadi favoritmu? ***

Kategori :