PEMALANG, radartegal.disway.id - Tradisi baritan desa asemdoyong biasanya dilaksanakan satu tahun sekali setiap 1 syura. Tradisi ini bertujuan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan melalui laut.
Sebenarnya tradisi ini bukan hanya dilakukan di desa Asemdoyong saja, masyarakat pesisir di Pemalang seperti Desa Sugihwaras juga melakukan tradisi ini.
Budaya lokal ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Terdapat banyak tradisi-tradisi dari nenek moyang yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Acara baritan biasanya di gelar satu tahun sekali atau bahkan dua tahun. Yang menariknya lagi, tradisi baritan sudah tercatat sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2022.
Kata baritan berasal dari bahasa Jawa dari kata mbubarake peri lan setan, yang berarti membubarkan peri dan setan. Sampai sekarang warisan budaya lokal ini rutin dilaksanakan setiap tahun di asemdoyong.
Seperti halnya acara larung di tempat lain, selalu ada sesaji laut yang dipersembahkan. Sesaji laut paa tradisi Baritan berupa kepala kerbau dan jajanan lokal yang ditempatkan pada perahu kecil.
Perahu yang sudah dihias dengan bendera dan umbul-umbul janur kuning itu kemudian dilarungkan ke tengah laut. Untuk pengunjung juga diperbolehkan untuk naik ke perahu untuk melihat perahu kecil yang dilarungkan di tengah laut.
Baritan juga semakin meriah karena ada acara-acara lain yang menyertai. Ya, meski ini merupakan hajat bagi para nelayan, acara Baritan biasanya juga disertai dengan pagelaran wayang, pasar malam, dan musik dangdut.
BACA JUGA : BACA JUGA:Bingung Weekend Mau Ngapain? Kesini Aja, 6 Tempat Wisata Gratis di Pemalang yang Bikin Fresh
Kisah Terbentuknya Tradisi Baritan
Suatu ketika, warga Pemalang terserang wabah penyakit yang dipercaya sebagai hukuman karena tidak memberi penghormatan berupa sesaji kepada penguasa Pantai Utara yang bernama Dewi Lanjar. Nah, sebab itu, akhirnya masyarakat Pemalang menggelar ritual sedekah laut Baritan.
Prosesi pelaksanaan upacara baritan ini diawali dengan proses tirakatan bersama yang diikuti oleh para nelayan, tokoh masyarakat setempat, dan para pejabat terkait dengan mengambil lokasi di (TPI) Tempat Pelelangan Ikan.
Selama pelaksanaan upacara baritan dilakukan pembacaan doa dan tahlil sehingga tidak menyimpang dari aturan agama. Pembacaan doa dan tahlil ini dimaksudkan agar pelaksanaan upacara dapat berjalan dengan lancar dan selamat dari awal sampai akhir kegiatan.
Selanjutnya sesaji diangkut menggunakan perahu nelayan menuju ke tengah laut. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat nelayan Asemdoyong, sesaji yang dilarung ketengah laut tersebut diperebutkan para nelayan yang mengejar dengan kapal yang dihias berwarna warni.
Kalaupun tidak mendapatkan sesaji tersebut, nelayan akan mengguyur atau mencuci perahu/kapalnya dengan air laut yang dekat sesajen yang dilarung tersebut.
Selain kegiatan upacaranya yang sakral, dalam kegiatan upacara baritan juga disertai dengan kegiatan lain yang bersifat hiburan, seperti pagelaran seni tari dan musik.