COMAL, RADARTEGAL.COM - Naiknya harga kedelai membuat sejumlah perajin atau industri pembuatan tahu tempe di Kabupaten Pemalang kelimpungan.
Mereka berusaha keras cari solusi supaya usahanya bisa terus berjalan karena bahan baku utama produksi tahu tempe harganya melejit.
Salah satu jalan yang diambil, pelaku usaha pembuatan tahu tempe ramai-ramai mengurangi ukuran. Namun tidak jarang juga yang menaikkan harga jualnya.
BACA JUGA:Harga Kedelai Tembus Rp14 Ribu Perkilo, Tingkat Penjualan Pedagang di Pemalang Merosot 50 Persen
Salah satu perajin tahu tempe di Desa Kauman Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang Samsudin menyebut, kenaikan harga kedelai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Amerika Serikat) merosot. Hal tersebut membuat industri tahu tempe terkena dampaknya.
Menurutnya, kenaikan harga kedelai sudah terjadi sejak sekitar 2 bulan lalu. Di mana kenaikan pertama karena pengaruh naiknya BBM.
Sekarang naik lagi karena nilai tukar rupiah anjlok. Hal yang dilakukan oleh para perajin adalah mengurangi ukuran atau menaikkan harga jual.
BACA JUGA:Pengangkatan PPPK Picu Polemik, Komisi X DPRD: Harus Ada MoU Antar Intansi yang Mengurusi
"Kalau disini tidak mengurangi ukuran, tapi menaikkan harga jualnya," ujarnya kepada Radar Tegal.
Samsudin menyampaikan, meskipun awal-awal diprotes oleh konsumen akibat menaikkan harga jual.
Namun, menurutnya itu salah satu cara agar usahanya tetap berjalan, meski dengan keuntungan menipis. Seiring berjalannya waktu, konsumen menyadari. Apalagi kalau pasarnya sudah menyesuaikan mereka akan mengikuti.
"Harga sekarang Rp550 per biji untuk jenis tahu kuning, naik dari harga sebelumnya Rp400 per biji," bebernya.
Dia juga menyebutkan, meski tidak ada pengurangan karyawan, namun pasaran menjadi tidak menentu, kadang ramai kadang sepi.
Jika sedang ramai, maka produksi ditambah, tapi jika sepi terpaksa harus dikurangi. Produksi saat ini setiap hari 2 kwintal, padahal sebelumnya bisa sampai 3 kwintal.