Ambruknya menara baru diketahui warga pada Kamis pagi, setelah semalaman diguyur hujan.
“Jembatan ini akses utama warga dan petani yang menyeberang ke desa lain. Sebenarnya ada dua akses lainnya tapi lebih jauh memutar dan lewat jembatan ini paling cepat,” katanya.
Rilo menyatakan, pemerintah desa sudah melaporkan kejadian ambruknya menara dan kawat penyangga jembatan ke pihak terkait.
BACA JUGA:Diduga Selewengkan Dana Desa, Kejaksaan Panggil Kades Jejeg untuk Klarifikasi
Dia meminta warga dan petani sementara untuk tidak melintas karena membahayakan.
Mendapati laporan tersebut, Sekretaris DPUPR Kendal, Sudaryanto langsung turun ke lokasi untuk meninjau kondisinya.
Dia mengatakan, sudah mengecek menara dan jembatan, namun secara umum belum terlalu membahayakan.
"Karena masih bisa dilalui kendaraan kecil. Kita segera koordinasi dengan Perhutani, karena jembatan ini bukan aset pemda," kata Sudaryanto.
BACA JUGA:Desa Purbayasa dan Karangmangu Diterjang Puting Beliung
Dia memastikan, menara dan kawat baja yang ambruk itu bukan bagian dari konstruksi jembatan.
Sebab meskipun dulunya adalah jembatan gantung, namun sudah dimodifikasi menjadi jembatan biasa.
Sementara fungsi menara dan kawat baja tersebut menurut Sudaryanto tidak lebih dari ornamen.
“Ya biar masih terkesan jembatan lama peninggalan Belanda. Jembatannya sudah dibangun dengan pondasi pilar, jadi kita akan perbaiki posisi menara dan kawatnya agar tidak miring,” imbuhnya.
BACA JUGA:Berdamai, Lesti Kejora Cabut Laporan KDRT Rizky Billar
Ditambahkan, DPUPR tetap akan memantau perkembangan kondisi jembatan, mengingat pondasi penahan menara sudah ambrol dan bergeser.
"Kalau perkembangannya nanti membahayakan, ya jembatan akan kita tutup," pungkasnya. (*)