SEMARANG, radartegal.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan program Densus 88 Antiteror untuk masuk ke sekolah-sekolah dengan melibatkan eks napiter sangat tepat.
Selain sebagai upaya deradikalisasi eks napiter, langkah itu juga mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang bahaya radikalisme kepada anak-anak sekolah.
"Tentu saja kita musti mengajak banyak pihak untuk terlibat, umpama para aktor itu kita ajak menjadi juru bicara kita untuk menjelaskan deradikalisasi itu musti dilakukan seperti apa, terorisme itu bahayanya seperti apa, dan masuk ke sekolah. Tentu kami ini tidak ingin memanjakan mereka (mantan napiter), tapi mengedukasi," kata Ganjar usai menerima tim dari Densus 88 Antiteror Polri di kantornya, Rabu 21 September 2022.
Dukungan penuh juga disampaikan Ganjar Pranowo terkait upaya tersebut. Pemprov Jateng selama ini sudah mencoba menggandeng eks Napiter untuk bercerita mengenai bahaya radikalisme dan terorisme melalui program Gubernur Mengajar.
Ganjar selalu menyisipkan pendidikan karakter, bahaya narkoba, hingga pencegahan radikalisasi dalam setiap pertemuan dengan pelajar.
"Maka tadi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Kesbangpol kita ajak agar semua masyarakat ikut terlibat, sehingga keperduliannya ada, awarenes-nya ada dan di antara warga yang lain tidak melakukan karena mendengar cerita mereka (eks napiter)," ungkapnya.
Menurut Ganjar, mengajak dan memberdayakan eks napiter merupakan dukungan pemerintah untuk deradikalisasi dan membantu mereka kembali diterima dengan baik oleh masyarakat. Pola lain pemberdayaan eks napiter dan keluarga eks napiter juga dilakukan.
Misalnya beberapa waktu lalu di Surakarta Ganjar bertemu dengan keluarga atau istri eks napiter yang mendirikan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan perekonomian keluarga.
"Jadi dari Densus mencoba komunikasi bagaimana deradikalisasi itu dilakukan dan konsep yang dibuat adalah mendorong dari sisi ekonomi. Itu peran pemerintah menjadi penting," jelas Ganjar.
"Kolaborasi inilah yang bisa membantu untuk menyelesaikan persoalan mereka. Tapi pencegahan menjadi begitu penting, kalau kita yang menjelaskan mungkin mereka tidak dapat cerita yang sesungguhnya maka para pelaku diminta untuk cerita. Nah ini pola kerja sama dengan densus yang menurut saya bagus dan saya dukung itu di Jawa Tengah," ungkapnya lagi.
Direktur Indentifikasi dan Sosialisasi Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol Arif Makhfudiharto, mengatakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan jajarannya selama ini selalu mendukung pelaksanaan penanggulangan terorisme di Jawa Tengah.
Diketahui bahwa Jawa Tengah ini menjadi episentrum dari radikalisme. Dukungan pemerintah provinsi menjadi sangat penting terutama dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Berdasarkan data Densus 88 AT Polri, hingga awal September 2022, ada 212 narapidana terorisme yang ditahan di Jawa Tengah, terbagi 191 orang di dalam lapas di Nusakambangan, sementara di luar Nusakambangan ada 20 orang.
Di Jawa Tengah ada 230 orang mantan napiter. Antara lain terbanyak di Surakarta 47 orang, Sukoharjo 43 orang, dan Kota Semarang 20 orang.
"Ketika kita bisa bekerja sama, baik itu komunikasi, berkolaborasi, dan melaksanakan kegiatan yang lebih sinergi tentunya kita bisa menjadikan masyarakat paham bahwa mereka yang kita tangkap itu adalah korban dari ideologi yang disampaikan secara ekstrem yang ujungnya adalah melakukan pelanggaran hukum," katanya.